METODE MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Oleh: Muhammad Arifai, S.Pd
(Guru SMA Negeri 1 Watansoppeng)
A. Pendahuluan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
kelas, seringkali guru tidak memerhatikan aspek keterlibatan siswa dalam
menemukan sendiri materi pembelajaran yang diberikan. Siswa hanya sebagai objek
dan guru sebagai subjek sehingga siswa hanya bertindak sebagai penerima (receptor). Padahal, kegiatan
pembelajaran yang ideal itu adalah siswa sebagai subjek dan guru sebagai
fasilitator.
Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi kebahasaan, terdapat
materi ”Klausa” yang terdiri atas jenis klausa dan hubungan antarklausa. Untuk
menentukan hubungan antarklausa maka terlebih dahulu harus ditentukan unsur
pembentuk dari setiap klausa tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran seperti
inilah unsur keterlibatan siswa sangat diperlukan untuk menemukan sendiri unsur
pembentuk klausa tersebut dan guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus
motivator.
Salah
satu metode yang tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
peran aktif siswa menemukan sendiri adalah metode inkuiri. Metode Inkuiri (inquiry) adalah metode pembelajaran yang
mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembentukan konsep.
Berdasarkan
hal tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah
bagaimanakah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas?
Kata kunci: metode melibatkan siswa, pembelajaran
bahasa Indonesia.
B. Melibatkan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
Salah
satu metode yang dapat diunakan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas adalah metode inkuiri. Melalui metode inkuiri, siswa
diarahkan untuk menemukan sendiri konsep yang ada pada materi pelajaran yang
dihadapinya. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbasis inkuiri berarti
melaksanakan pembelajaran dengan melibatkan siswa sebagai subjek atau pelaku
dan guru sebagai fasilitator.
Inkuiri
melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi,
pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan
keunggulan dan kelemahan metode-metodenya sendiri (Nurhadi, 2003 : 72).
Selama proses inkuiri berlangsung,
seorang guru dapat mengajukan pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari sendiri jawaban sendiri
(tetapi tidak hanya jawaban yang benar).
C. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Fokus dari metode inkuiri adalah menjadikan
siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang ada dalam materi pembelajaran yang
disajikan. Hal ini dapat diterapkan dalam menyajikan materi pembelajaran bahasa
Indonesia seperti pada materi ”Klausa”. Berikut ini akan diuraikan beberapa
tindakan yang dapat dilakukan oleh guru melalui metode inkuiri.
1. Melibatkan Siswa dalam Permainan Menyusun Kata
Menyajikan
materi pembelajaran jenis dan hubungan
antarklausa berarti mengajak siswa untuk terlibat dalam permainan kata-kata
dengan memberikan beberapa kata yang akan disusun sendiri menjadi sebuah klausa.
Guru dapat mengelompokkan
jenis kata seperti kata kerja (verba), kata benda (nominal), kata sifat
(adjektif), kata keterangan, adverbia, pronomina, kata bilangan (numeralia),
dan kata penghubung (konjungsi). Kemudian siswa disuruh memilih beberapa kata yang
akan disusun menjadi beberapa klausa. Setelah semua siswa telah selesai
menyusun klausa, pekerjaan siswa ditukar dengan siswa lainnya untuk menemukan unsur-unsur atau pola
pembentuk kalusa tersebut.
2. Lomba Mengoleksi Jenis Klausa
Dalam
kegiatan ini guru dapat menyediakan berbagai wacana untuk dibaca siswa atau
membawanya ke perpustakaan untuk mencari sendiri buku bacaan yang mereka
minati lalu siswa diminta menentukan
klausa yang terdapat dalam wacana tersebut sebanyak-banyaknya. Kegiatan ini
merupakan perlombaan bagi siswa dalam mengumpulkan atau mengoleksi jenis dan
hubungan antarklausa. Siswa yang berhasil mengoleksi atau mendapatkan klausa
paling banyak dan mengetahui hubungan antarklausa, diberi penghargaan (reward).
3. Pengklasifikasian Jenis Hubungan antarKlausa
Tahap
selanjutnya dari kegiatan lomba mengoleksi klausa adalah mengklasifikasikan
atau mengelompokkan jenis hubungan antarklausa misalnya klausa koordinatif dan
subordinatif. Hal ini dilakukan siswa boleh berpasangan atau individu
tergantung dari keadaan siswa di kelas. Jika jumlah siswa terlalu banyak (lebih
30 Siswa) dapat dilakukan secara kelompok atau berpasangan dengan teman
duduknya. Jika jumlah siswa tidak terlalu banyak (kurang dari 30 siswa ), dapat
dikerjakan secara individual atau perorangan.
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) Metode inkuiri adalah metode yang
menitikberatkan pada penemuan konsep yang dilakukan oleh siswa itu sendiri;(2) Metode
inkuiri tepat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia utamanya pada
materi ”Klausa”; (3) Penerapan metode inkuiri dalam menyajikan materi
pembelajaran ”Klausa” dapat dilakukan dengan melibatkan siswa dalam kegiatan
permainan menyusun kata, lomba mengoleksi jenis klausa, dan pengklasifikasian
jenis hubungan antarklausa.
Dalam
menerapkan metode inkuiri pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas disarankan:
(1) Hendaknya siswa dilibatkan secara aktif untuk menemukan sendiri konsep dari
materi pembelajaran yang diberikan;(2) Ketika menggunakan metode inkuiri dalam
kegiatan pembelajaran, hendaknya guru tidak terlalu banyak berbicara atau
intervensi, banyak bertanya, dan menjawab, sebab hal itu akan mengurangi proses
belajar siswa melalui inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1999. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Nurdin,dkk. 2002. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung :
CV Pustaka Setia.
Nurhadi,dkk.
2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya dalam KBK.
Malang : Uniersitas Negeri Malang.
Nur, M. dan
Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat
Kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktuvis
dalam Pengajaran.
Surabaya : Pusat Studi Matematika dan IPA
Sekolah, Universitas
Negeri Surabaya.
Trianto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar