MMAS

MMAS
Bersama Sastrawan Agus R Sarjono

Rabu, 05 Agustus 2009

PENTINGNYA PENGATURAN RUANG KELAS DALAM PBM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum pada undang-undang pendidikan di atas, disusunlah kurikulum yang pengembangannya mengacu pada standar nasional pendidikan. Melalui badan standar nasional pendidikan (BSNP) setiap sekolah mendapat standar penyusunan kurikulum yang dapat digunakan dalam menyusun kurikulum yang disebut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pemberlakuan KTSP pada setiap jenjang sekolah sebagai pengembangan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara ini.
1 Peningkatan mutu pendidikan merupakan tuntutan perubahan zaman yang harus segera disikapi untuk memasuki era globalisasi yang penuh persaingan dengan negara-negara lainnya di seluruh dunia. Dengan pendidikan yang bermutu, dimungkinkan terbentuknya sumber daya manusia yang potensial, mandiri, dan siap bersaing di era globasisasi nanti.
2 Pendidikan yang bermutu selain dapat dihasilkan melalui pengembangan kurikulum yang signifikan, juga dapat dicapai melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Kualitas pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru sebagai unsur yang terlibat langsung dalam setiap kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru yang memiliki perangkat mengajar lengkap tentu berbeda dengan guru yang tidak memiliki kelengkapan perangkat mengajar. Dengan perangkat mengajar yang lengkap, proses belajar mengajar dapat menjadi terarah, terencana atau terprogram dengan baik. Dalam perangkat mengajar seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tercantum dengan jelas kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Selain itu, juga terdapat indikator yang harus diajarkan, dan metode yang akan digunakan untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa.
Di samping kelengkapan perangkat mengajar oleh guru, unsur lain yang turut menentukan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah masalah pengelolaan kelas. Guru yang profesional harus terampil mengatur ruang kelas sehingga memungkinkan terjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pengaturan ruang kelas yang bervariasi, memungkinkan anak-anak dapat belajar dengan baik dan bersemangat mengikuti kegatan pembelajaran. Berdasarkan hal itulah maka dalam makalah ini diangkat judul ”Pentingnya Pengaturan Ruang Kelas dalam Pembelajaran”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas tentang pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran, dirumuskan masalah penulisan ini sebagai berikut:
1. Apakah itu pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah mengatur ruang kelas dalam pembelajaran?
3. Mengapa pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran penting dilaksanakan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas dapat dikemukakan tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud pengaturan ruang kelas.
2. Untuk menggambarkan pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.
3. Untuk menggambarkan pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.

D. Manfat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam peningkatan mutu kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun manfaat yang dimaksud dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.
2. Sebagai masukan kepada para tenaga pendidik atau para guru tentang pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.
3. Memperluas wawasan keilmuan tentang pengelolaan kelas seperti dalam hal pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Ruang Kelas dalam Pembelajaran
Ruang kelas merupakan ruang khusus yang disediakan bagi anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Gaya/metode mengajar
Guru yang mengajar dengan gaya atau metode yang menarik akan menjadikan siswa tertarik dan senang mengikuti PBM. Misalnya proses belajar-mengajar (PBM) dilaksanakan dengan metode sersan (serius tapi santai). Setiap empat puluh menit misalnya, diselingi dengan intermezo sehingga siswa akan merasa terhibur.
3. Penguasaan bahan ajar
Menguasai bahan ajar atau materi pembelajaran sangat penting bagi guru. Guru yang menguasai materi pembelajaran akan leluasa dan luwes dalam pelaksanaan PBM. Ia bisa melakukan berbagai improvisasi dalam menyajikan materi pembelajaran yang tentu saja dapat menjadi daya tarik bagi siswa.


4. Pengelolaan kelas
Guru harus bisa melakukan pengelolaan kelas yang baik dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaan PBM, seringkali didapatkan siswa yang kerjanya hanya menganggu temannya atau mengerjakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran yang disajikan. Di sinilah perlunya seorang guru memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas. Tegurlah siswa dengan bijak dan sedikit gaya ironi agar siswa tetap merasa nyaman meski mendapat teguran.
5. Volume suara saat menyajikan materi pelajaran
Suara atau vokal angat penting dalam menyajikan materi pelajaran. Proses penyampaian informasi atau materi pembelajaran kepada siswa akan menjadi jelas bila diiringi dengan volume suara yang tinggi dan bervariasi. Dengan volume suara yang tinggi, siswa yang duduk paling belakang pun akan jelas mendengar materi yang disampaikan oleh guru. Bahkan siswa yang akan mengantuk dapat hilang rasa kantuknya jika volume suara gurunya bervariasi.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menjadi guru yang profesional dan spesial itu tidaklah sulit. Dengan kesungguhan dan kemantapan hati, predikat guru profesional dan spesial di mata siswa akan dapat diraih. Sekarang tergantung pada pribadi kita masing-masing, mau atau tidak meraih predikat tersebut.



Sesuai dengan perkembangannya, anak memiliki banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkannya. Namun, sesungguhnya anak-anak itu belum memiliki banyak kemampuan untuk melakukannya. Keterbatasan pemikiran pada anak-anak salah satu penyebab kurangnya kemampuan dalam mewujudkan keinginannya itu. Akibat dari kurangnya kemampuan berpikir, anak-anak menjadi bergerak atau bertindak sesuai nalurinya. Anak-anak kadang menjadi liar karena adanya dorongan nalurinya untuk melihat, meraba, dan merasakan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.
Pada usia 2 – 5 tahun sifat hiperaktif anak terlihat dari perilaku anak yang tidak bisa tinggal diam. Mereka akan terus bergerak dan bergerak melakukan aktivitas yang tidak kunjung selesai. Anak yang hiperaktif akan membuat orang tua atau pengasuhnya menjadi capek karena harus mengikuti kemana anak pergi dan terus mengawasi aktivitas anak. Pengawasan harus melekat pada anak hiperaktif mengingat mereka memiliki pemikiran yang masih terbatas. Dengan demikian, tentu mereka tidak bisa membedakan mana yang berbahaya dan mana yang tidak berbahaya.Mereka baru mengetahui sesuatu itu berbahaya atau tidak setelah mencobanya.
Anak yang hiperaktif harus mendapat pengawasan ekstraketat. Anak yang hiperaktif rawan mengalami hal-hal yang berbahaya jika tidak selalu diawasi atau dipantau setiap kegiatan yang dilakukannya. Semua benda yang ditemui biaanya akan diraba, diangkat, atau digoyang-goyangkan untuk mengetahui jenis benda tersebut. Anak yang hiperaktif memiliki sifat keinginantahuan yang tinggi. Oleh karena itu, anak yang hiperaktif sudah harus diberi pembinaan sejak masih balita atau masa prasekolah.
Pada masa usia prasekolah, anak hiperaktif biasanya tambah mulai menjadi-jadi. Hal ini karena anak sudah mulai lepas dari lingkungan rumah, pelukan dan pengawasan ibu, atau pengawasan pengasuh mereka. Lingkungan pergaulan menjadi lebih luas dan mulai mendapatkan banyak teman. Selanjutnya, tanggung jawab pengawasan pada anak, sudah mulai berpindah kepada guru di sekolah. Oleh karena itu, seorang guru yang mendapatkan anak hiperaktif harus memiliki teknik pengawasan dan pembinaan yang tepat. Ia harus mengetahui cara mengatasi anak yang hiperaktif agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Anak yang hiperaktif jika tidak dibina dengan baik akan menjadi anak yang menghambat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sifat tidak bisa tinggal diam pada anak tersebut akan menjadikan teman-teman lainnya ikut terpancing dan melakukan aktivtas yang sama dengan anak yang hiperaktif tersebut. Hal ini tentu akan menjadikan kelas tambah ramai dan tidak kondusif untuk kegiatan pembelajaran.

B. Mengapa Anak Hiperaktif
Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lain, dan tidak satu pun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar identik. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai aspek dalam diri individu berkembang melalui cara yang bervariasi sehingga menghailkan perubahan karakteristik individual yang bervariasi pula.
Perbedaan perkembangan berbagai karakteristik individual tampak dalam aspek-aspek yang terdapat pada setiap diri individu. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan aspek fisik
Perbedaan aspek fisik tampak pada gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang lekas lelah dalam pekerjaan fisik, tetapi ada juga yang tahan lama.
b. Ada yang dapat bergerak lincah, tetapi ada juga yang lamban.
c. Ada anak yang tidak bisa tinggal diam, ada juga anak yang malas bergerak.
2. Perbedaan aspek emosi
Perbedaan perkembangan karakteistik secara individual pada aspek emosi tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang mudah sekali marah, tetapi ada pula yang penyabar.
b. Ada anak yang perasa, tetapi ada pula yang tidak mudah peduli.
c. Ada anak yang pemalu atau penakut, tetapi ada pula yang pemberani.
d. Ada anak yang tidak suka bergerak aktif, tetapi ada pula yang hiperaktif.
3. Perbedaan aspek nilai, moral, dan sikap
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek nilai, moral, dan sikap tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang bersikap taat pada aturan, tetapi ada pula yang begitu mudah dan seenaknya melanggar aturan.
b. Ada anak yang perilakunya bermoral tinggi, tetapi ada yang perilakunya tidak bermoral dan tidak senonoh.
c. Ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada pula yang perilaku maupun tutur bahasanya seenaknya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa setiap aspek menunjukkan karakteristik individual yang berbeda sehingga individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual itu disebabkan oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing individu atau anak. Perbedaan individu tersebut membawa implikasi imperatif terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik dan bervariasi. Menyamaratakan layanan pendidikan atau bimbingan terhadap individu atau anak yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan kodrat kemanusiaannya sehingga akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Misalnya anak yang mengalami sifat yang suka bergerak, tidak mau tinggal diam, atau disebut anak yang hiperaktif. Anak yang hiperaktif tentu harus mendapatkan layanan yang berbeda dengan anak yang pendiam atau tidak suka banyak gerak.
Tidak semua anak mengalami atau memiliki sifat hiperaktif. Misalnya pada sebuah Taman Kanak-Kanak, dari beberapa anak pada Taman Kanak-Kanak tersebut, kemungkinan hanya ada satu dua orang yang mempunyai sifat hiperaktif. Hal ini berarti bahwa sifat hiperaktif itu bukanlah merupakan sifat yang bersifat umum bagi setiap anak.
Anak adalah makhluk suci dan bersih ketika ia baru lahir. Anak dapat diibaratkan kertas kosong yang putih bersih. Kertas yang putih bersih tersebut akan menjadi beragam warnanya setelah ditulisi oleh berbagai pihak mulai dari orang tua, kakak, keluarga, guru, teman, dan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak balita yang hiperaktif tentu memerlukan penanganan yang lebih serius agar menjadi anak yang baik dan berguna di kemudian hari.
Setiap anak memiliki naluri untuk mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Namun, naluri mencoba tidak sama pada setiap anak. Anak yang hiperaktif memiliki naluri mencoba yang begitu tinggi sehingga ia selalu bergerak dan bergerak untuk sekedar melihat, menyentuh, bahkan merasai setiap benda yang ada di sekitarnya. Pada perkembangannya, anak yang hiperaktif cenderung memilki kreativitas yang tinggi. Ia akan mulai melihat dan mencoba merasai segala benda yang dilihatnya sehingga timbul kreativitasnya untuk mengubah atau merenovasi benda yang didapatinya. Hal ini terlihat misalnya pada anak yang memilki mainan mobil-mobilan, meskipun mainan tersebut baru dibelikan oleh ayah atau ibunya, namun selalu diotak-atik bahkan dibongkar untuk melihat bagaimana membuatnya atau apa isinya. Kreativitas seperti ini sering terjadi pada anak yang tergolong hiperaktif.
Menurut Piers (dalam Adams: 1976) bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan.
6. Memiliki kemandirian yang tinggi.
7. Bebas dalam mengambil keputusan.
8. Penuh percaya diri.
9. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks.
10. Bersifat sensitif.
Dengan memperhatikan karakterisitk kreativitas di atas, dapat dipahami bagaimana pentingnya mengatasi dan mengarahkan anak yang hiperaktif agar dapat tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas, terampil, dan bertangghung jawab. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Mengatasi Anak Hiperaktif
Pada dasarnya, anak yang hiperaktif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi anak menjadi cenderung ingin bergerak dan bertindak untuk mencoba segala sesuatu yang dilihatnya. Selain itu, anak yang hiperaktif juga memiliki tenaga ekstra yang super kuat sehingga menjadikannya selalu ingin bergerak dan beraktivitas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka yang teramat penting dalam mengatasi anak hiperaktif adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi serta kelebihan tenaga yang terdapat pada diri anak, dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.
Untuk mengatasi anak hiperaktif, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bimbingan terarah
Anak hipraktif memiliki sifat yang tidak bisa tinggal diam. Ia selalu bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Melihat aktivitas anak seperti itu, maka perlu diberikan bimbingan yang terarah. Maksud dari bimbingan terarah yaitu memberikan bimbingan kepada anak secara terfokus dan mengarah kepada satu kegiatan. Misalnya anak selalu memanjat meja atau pagar pembatas kelas, maka ibu guru dapat mengarahkan anak untuk memanjat pada tiang-tiang besi yang sudah dirangkai menjadi bundaran yang khusus disediakan bagi anak yang senang dengan aktivitas menantang. Kehadiran guru di dekat anak akan menjadikan ia dapat menggunakan tenaganya dengan baik dan terhindar dari risiko yang membahayakan.
2. Memberikan kesibukan
Memberikan kesibukan merupakan salah satu cara yang baik dan efektif dalam mengatasi anak hiperaktif. Kesibukan yang diberikan dapat bermacam-macam sesuai dengan karakteristik anak. Jika si anak senangnya mencoret-coret tembok atau dinding sekolah, maka kepada si anak hendaknya diberi kesibukan untuk menggambar, melukis atau mewarnai gambar bentuk yang disediakan.
Dalam memberi kesibukan seperti itu, guru harus sering-sering berada di dekat anak atau mengawasi pekerjaan anak. Melalui perhatian guru kepada si anak, maka anak akan merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan adanya kesibukan pada diri anak untuk menyelesaikan tugasnya, maka naluri keaktifan si anak akan sedikit berkurang karena tertutupi oleh perasaan ingin menyelesaikan tugasnya secepatnya.
3. Menyediakan permainan yang menantang
Anak-anak yang hiperaktif cenderung senang pada sesuatu yang menantang. Oleh karena itu, anak yang hiperaktif sebaiknya disediakan permainan yang menantang. Permaianan yang menantang misalnya lomba lari kelereng, lomba memasukkan bola ke dalam keranjang, lomba mengambil bendera di puncak tangga, dan permainan lainnya yang membutuhkan kekuatan fisik dan keterampilan tinggi.
Permainan yang menantang akan menjadikan tenaga anak tersalurkan sehingga tenaga yang berlebih pada diri anak tersebut akan tersalurkan ke hal-hal yang positif. Hal ini akan menjadikan anak hiperaktif memiliki fokus kegiatan yang terarah dan terkoordinir.
4. Melibatkan dalam kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan kegatan kerja sama antaranak dalam satu kelas. Dengan melibatkan anak hiperaktif dalam kegiatan kelompok, maka ia akan memiliki kebiasaan atau tanggung jawab untuk bekrja sama dengan temannya. Dalam kegiatan kelompok itu, hendaknya diberikan tugas yang menarik dan menantang bagi anak sehingga mereka akan memiliki semangat untuk menyelesaikannya. Selain itu, kepada setiap pemenang atau kelompok terbaik diberikan reward atau penghargaan agar anak dapat bersungguh-sungguh bekerja dalam kelompoknya masing-masing.
Pemberian tugas kelompok sebaiknya dilakukan dengan melihat tingkat kesukaran pekerjaan yang harus diselesaikan oleh anak. Di samping itu, setiap kelompok hendaknya memiliki anggota yang heterogen baik dari jenis kelamin, sifat, kecerdasan, maupun agama. Anak yang hiperaktif sebaiknya dilibatkan sebagai pemimpin kelompok supaya dapat lebih aktif mengkoordinir anggota kelompoknya.
5. Memberi tugas dan tanggung jawab
Anak yang hiperaktif suka beraktivitas. Oleh karena itu, sebaiknya anak hiperaktif diberi kesempatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab di kelasnya. Pemberian tugas seperti ketua kelas, pemandu pada kegiatan senam, pemimpin barisan, dan tugas-tugas lainnya akan menyalurkan tenaga dan pikiran anak sehingga ia memiliki fokus pemikiran yang akan dilaksanakan. Selain itu, anak juga dilatih memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya. Pemberian tugas dan tanggung jawab akan menjadikan anak terfokus pada satu kegiatan yang positif.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa anak hiperaktif adalah anak yang memiliki sifat untuk selalu inging beraktivitas. Anak tidak bisa tinggal diam dan selalu aktif bergerak.
Anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Pada perkembangannya, anak yang hiperaktif cenderung memilki kreativitas yang tinggi. Ia akan mulai melihat dan mencoba merasai segala benda yang dilihatnya sehingga timbul kreativitasnya untuk mengubah atau merenovasi benda yang didapatinya. Untuk mengatasi anak hiperaktif, dapat dilakukan hal-hal berikut ini:
1. Memberikan bimbingan secara terarah.
2. Memberikan kesibukan.
3. Memberikan atau menyediakan permainan yang menantang.
4. Melibatkan dalam tugas/kegiatan kelompok.
5. Memberi tugas dan tanggung jawab.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka yang teramat penting dalam mengatasi anak hiperaktif adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi serta kelebihan tenaga yang terdapat pada diri anak, dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.

B. Saran
Anak hiperaktif memiliki banyak tenaga dan keinginantahuan sehingga ia tidak akan tinggal diam dan berlama-lama di satu tempat. Bagi guru TK yang mendapatkan anak didik yang hiperaktif, hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan bimbingan dan arahan, serta melibatkan dalam kegiatan yang menarik dan menantang. Oleh karena itu, disarankan kepada para guru TK yang kebetulan memiliki anak didik yang hiperaktif agar senantiasa memberikan bimbingan dan arahan secara berkesinambungan. Janganlah pernah jenuh menghadapi anak hiperaktif. Berikanlah perhatian lebih kepada anak tersebut agar mereka dapat memanfaatkan tenaga dan keaktifannya ke arah yang lebih baik dan positif.



DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia.
Istadi, Irawati 2005. Istimewakan Setiap Anak. Jakarta: Pustaka Inti.
Istadi, Irawati.2006. Mendidik dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti.

Musbikin, I. 2005. Mendidik Anak Nakal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nilandari, Ary (ed). 2002. Kiat-Kiat Meredakan Badai Kerewelan Balita Anda. Bandung: Kaifa.










Tidak ada komentar: