NO. | NIS | NAMA SISWA | NILAI | KETERANGAN |
1 | 13701 | Nurul Ikhsan Khadijah | 80 | Tuntas |
2 | 13705 | Sri Rahmadani | 85 | Tuntas |
3 | 13708 | Surianah | 50 | Tidak tuntas |
4 | 13709 | Syahriani | 75 | Tidak tuntas |
5 | 13788 | Munika Wahyuni Tarno | 65 | Tidak tuntas |
6 | 13789 | Nur Islamiah | 55 | Tidak tuntas |
7 | 13795 | Siska Andarini | 70 | Tidak tuntas |
8 | 13797 | Sri Putriani | 70 | Tidak tuntas |
9 | 13811 | Ajirah | 50 | Tidak tuntas |
10 | 13814 | Asy Fatur Rahmah | 60 | Tidak tuntas |
11 | 13818 | Fauziah Kahar | 80 | Tuntas |
12 | 13821 | Mastura Pammu | 55 | Tidak tuntas |
13 | 13892 | Rita Novia Anita | 85 | Tuntas |
14 | 13910 | Chairatun Nisa | 100 | Tuntas |
15 | 13916 | Heriany | 90 | Tuntas |
16 | 13926 | Sulastri | 80 | Tuntas |
17 | 13719 | Rudi Sutandi | 80 | Tuntas |
18 | 13773 | A. Muh. Amirul Parawansa | 65 | Tidak tuntas |
19 | 13804 | Anzarul Samsu | 70 | Tidak tuntas |
20 | 13902 | Muhammad Iqramullah | 65 | Tidak tuntas |
21 | 13903 | Muhammad Awwal | 55 | Tidak tuntas |
22 | 13929 | A. Muh. Lutfi Ahmad | 80 | Tuntas |
23 | 13931 | Achmad Reza | 65 | Tidak tuntas |
Jumat, 14 Oktober 2011
HASIL UTS GANJIL KLS XII IPS 2 TP. 2011/2012
Rabu, 12 Oktober 2011
Berikanlah tanggapan terhadap hal berikut!
Perusahaan Malaysia Bantai Orangutan Kalimantan
Keberadaan orangutan di Kalimantan Timur terancam. Mereka terus dibantai, sebagai dampak dari pembabatan hutan untuk membuka perkebunan kelapa sawit.Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Kaltim) dan Centre for Orangutan Protection (COP) telah mengevakuasi sedikitnya empat orangutan dari Muara Kaman, di sekitaran kawasan konsesi PT Khaleda, anak perusahaan Metro Kajang Holdings Berhad Malaysia dan PT Anugerah?Urea Sakti.
Juru kampanye COP Hardi Baktiantoro, mengatakan puluhan ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) tewas mengenaskan di area perkebunan kelapa sawit di sekitaran Kutai Kartanegara. Hardi menuding, meski para pemburu bayaran itu mengaku telah membunuh banyak induk orangutan dan para pekerja mengakui perbuatan menyebarkan pisang yang sudah disemprot furadan untuk meracuni orangutan.
Sayangnya hingga hari ini, polisi tidak juga menetapkan seorang pun jadi tersangka dan tidak ada yang dipenjara. "Ini mengecewakan dan membahayakan bagi kelangsungan hidup orangutan," ujar Hardi dalam siaran pers yang diterima Republika.
Situasi yang sama terjadi di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur. Pada 26 Juli 2011, BKSDA dan COP terpaksa mengevakuasi dua orangutan. Satu induk orangutan diidentifikasikan dibunuh para pekerja sawit Makin Group. Dikatakan Hardi, ketika kuburannya orangutan dibongkar untuk mengetahui penyebab kematiannya.
Hasil identifikasi menyatakan, mayat orangutan tersebut babak belur seperti terkena pukulan yang dilakukan berulangkali, kedua pergelangan tangannya luka dan jarinya putus.
Adapun di Kalimantan Tengah, COP mengidentifikasi satu tengkorak orangutan di sekitaran areal konsesi PT TASK dan mengevakuasi tiga anak orangutan yang ditangkap pekerja setempat. "COP juga menemukan empat tengkorak orangutan di areal konsesi Wilmar Group pada 20 Agustus 2011."
Hardi menilai kematian puluhan orangutan bukan terjadi karena konflik manusia dengan jenis binatang primata tersebut, melainkan upaya genocide (pembunuhan massal) kelompok tertentu yang rakus untuk meraih keuntungan pribadi. Pihaknya menyentil pemerintah yang harusnya berani melihat kenyataan bahwa polisi tidak membuat kemajuan apapun untuk mencegah kepunahan orangutan di Kalimantan.
Sumber: Republika.Co.id, Jakarta.
Bagaimana Tanggapan Anda dengan hal berikut?
Temuan Komisi I DPR perihal pencaplokan wilayah di Dusun Tanjung Datu dan Camar Bulan di Kalimantan Barat oleh Malaysia bukan omong kosong. Hakim konstitusi Akil Mochtar percaya terhadap adanya pencaplokan daerah perbatasan yang membuat wilayah seluas 1.495 hektare di darat dan 80 ribu hektare luas wilayah laut Indonesia hilang.
Bahkan, Akil mengungkap, pencaplokan itu disadari penuh oleh 1.883 warga atau 493 kepala keluarga Dusun Tanjung Datu dan Camar Bulan. Sebagai orang kelahiran Putusibau - berada di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat atau sekitar 814 kilometer dari ibu kota Kalimantan Barat, Pontianak - masyarakat mengetahui pemerintah Malaysia melakukan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia. "Program ini disambut warga Indonesia di sana sebab selama ini mereka lebih merasa diperhatikan oleh Malaysia," kata Akil kepada Republika, Rabu (12/10).Karena sering bepergian ke Serawak, Akil mengungkap, tidak jarang warga Indonesia menjadi Polis Diraja Malaysia atau Tentara Diraja Malaysia. Meski begitu, mereka tidak pindah kewarganegaraan dan akhirnya bebas keluar masuk Indonesia-Malaysia.
Ketika mencapai batas pensiun di umur 48 tahun, kata Akil, banyak aparat Malaysia itu kembali ke tempat kelahirannya di daerah perbatasan Indonesia. "Ini bukan hal baru bagi warga perbatasan. Semuanya tahu soal ini. Karena nasionalisme tanpa pembangunan, itu omong kosong," ujar Akil.
Sumber: REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
Langganan:
Postingan (Atom)