MMAS

MMAS
Bersama Sastrawan Agus R Sarjono

Rabu, 12 Agustus 2009

MODEL PEMBELAJARAN


MENDONGENG SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN APSI
Oleh: Muhammad Arifai, S.Pd
Guru SMA Negeri 1 Watansoppeng

A. Pendahuluan
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berlangsung dengan mudah dan menarik bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan mudah. Untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai cara atau model yang tepat dan menarik. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah mendongeng. Mendongeng merupakan kegiatan menyampaikan cerita atau dongeng kepada siswa. Melalui dongeng, siswa dapat belajar menentukan unsur yang membangun sebuah sastra misalnya: alur, watak, atau tema cerita.
Dalam dunia sastra Indonesia, terdapat berbagai jenis hasil karya sastra lama yang masih tetap eksis sampai sekarang. Salah satunya adalah dongeng. Dongeng adalah salah satu hasil karya sastra Indonesia yang berbentuk prosa, seperti roman, novel, dan cerpen. Dalam dongeng terdapat berbagai pelaku yang dikisahkan memiliki watak atau karakter tertentu. Misalnya dongeng tentang si Kancil dan Buaya, Pelanduk yang Cerdik atau dongeng Pak Belalang. Dongeng tersebut bersifat menghibur dan dapat memberi pendidikan, terutama pendidikan moral kepada anak didik. Dengan demikian, tepatlah kiranya jika mendongeng dijadikan sebagai model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.
Kata kunci: mendongeng, model pembelajaran sastra Indonesia.


B. Dongeng dan Sastra Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng ialah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Ia adalah cerita rekaan yang kebenarannya belum dapat dipastikan. Sedangkan menurut James Dananjaja dalam Folklor Indonesia bahwa dongeng termasuk jenis cerita pendek kolektif kesastraan lama. Dananjaja berpendapat kalau sebuah dongeng itu tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng hanya diceritakan untuk menghibur. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Wiyanto (2005: 58) yakni dongeng adalah cerita khayal yang tidak masuk akal. Cerita dalam dongeng tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi.
Berdasarkan isinya, dongeng dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Cerita binatang (fabel), yaitu dongeng yang mengisahkan tentang binatang yang dapat berbicara, bisa berpikir, punya cita-cita, seperti manusia. Dengan kata lain, binatang itu sebenarnya cerita tentang kehidupan manusia yang tokoh-tokohnya binatang. (2) Cerita jenaka, yaitu dongeng yang berisi cerita yang dapat menggelitik karena lucu. Tokoh yang diceritakan orang bodoh atau bloon, orang malas, atau orang cerdik seperti si Kabayan. (3) Legenda, yaitu dongeng yang berkaitan dengan nama suatu tempat (kota, gunung, sungai, dan lain-lain). Ceritanya dicari-cari yang pada akhirnya menjadi sebab munculnya nama tempat yang diceritakan itu. Misalnya dongeng tentang asal mula nama Banyuwangi, Gunung Pattiro Sompe, asal mula Ompo, dan sebagainya. (4) Mite, yaitu dongeng yang mengisahkan tentang dewa-dewa, makhluk halus, dan hal-hal gaib lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat tempat cerita itu berkembang. Misalnya ceirta tentang Nyi Roro Kidul (Ratu Laut Selatan), dan Pertempuran di Prambanan dan Letusan Gunung Merapi. (5) Sage, adalah dongeng yang mengandung unsur sejarah. Akan tetapi, unsur sejarahnya amat sedikit jika dibandingkan dengan tambahannya yang bersifat aneh, luar biasa, dan dahsyat. Sering pula ceritanya mengandung unsur kepahlawanan. Misalnya: Pararaton (menceritakan Ken Arok), dan Tutur Tinular (menceritakan pahlawan Majapahit). (6) Parabel, adalah dongeng perumpamaan yang biasanya berisi unsur pendidikan tentang kesusilaan atau keagamaan. Misalnya dongeng ”Damarwulan”, dan ”Cerita Sepasang Selop Putih”.
Dongeng merupakan salah satu hasil karya sastra Indonesia yang tidak hanya berfungsi untuk menghibur tetapi juga dapat berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.


C. Mendongeng sebagai Model Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia (Apsi)
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, seringkali guru dihadapkan pada situasi sulit untuk menjadikan siswa mudah mengerti atau memahami materi yang disajikan. Begitu pula halnya dalam pembelajaran sastra Indonesia utamanya pada kompetensi dasar menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra. Pada situasi seperti itulah dibutuhkan model pembelajaran yang efektif dan menarik sehingga siswa tidak hanya dapat tertarik mengikuti pembelajaran tetapi juga dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran yang disajikan.Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah mendongeng.
Mendongeng merupakan model pembelajaran yang efektif dan menarik digunakan dalam pembelajaran sastra seperti menentukan unsur intrinsik novel atau cerpen. Melalui dongeng yang disampaikan oleh guru, siswa akan dengan mudah memahami unsur intrinsik sastra seperti alur atau jalan cerita, penokohan atau watak pelaku, latar atau tempat kejadian cerita, amanat atau pesan yang terdapat dalam cerita tersebut, tema cerita, dan gaya bahasa yang digunakan. Selain itu, siswa juga akan mudah mengenal nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah karya sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan sebagainya.
Guru dapat memilih berbagai jenis dongeng untuk diceritakan kepada siswa di depan kelas. Misalnya dongeng ” Si Kancil dan Buaya” atau ”Pak Belalang”. Dongeng tersebut berisi kisah yang menarik dan lucu dan mudah dipahami oleh siswa. Apalagi jika dibawakan dengan bahasa atau intonasi yang bervariasi disertai dengan gambar visual atau boneka. Dengan demikian, siswa akan tertarik mengikuti kegitan pembelajaran dan tidak mudah mengantuk. Meskipun ada sindiran yang disampaikan melalui dongeng, siswa tidak langsung merasa disindir. Bahkan, siswa diminta menilai sendiri sebuah kebenaran atau pendidikan dalam dongeng yang diperdengarkan, seperti pada dongeng “Sampuraga” yang berkisah tentang si anak durhaka. Durhaka kepada orang tua akan mendatangkan malapetaka, merupakan pesan moral yang ingin disampaikan kepada siswa.

D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng dapat dijadikan media pembelajaran apresiasi sastra Indonesia. Mendongeng merupakan model pembelajaran yang efektif dan menarik digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran sastra Indonesia di kelas. Melalui kegiatan mendongeng, siswa akan mudah memahami unsur intrinsik sastra seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa. Juga unsur ekstrinsik sastra, yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah karya sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, atau keagamaan.
Untuk itulah, disarankan kepada rekan-rekan guru agar senantiasa berupaya menggunakan model pembelajaran yang efektif dan menarik atau menyenangkan dalam setiap kegiatan pembelajaran, demi meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa di sekolah.
Daftar Pustaka
Depdikbud, 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Herman. Mendongeng sebagai Metode Pembelajaran. Suara Tinta. Edisi 12 Juli 2007 http://www.vanillamist.com/.
Tang, Muhammad Rapi, 2004. Apresiasi Puisi, Prosa Fiksi, dan Drama Indonesia : Suatu Tinjauan Umum. Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.



Tidak ada komentar: