MMAS

MMAS
Bersama Sastrawan Agus R Sarjono

Rabu, 12 Agustus 2009

STRATEGI PEMBELAJARAN


STRATEGI PAKEM DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
Oleh: Muhammad Arifai, S.Pd

A. Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita yang hidup di tengah-tengah arus teknologi informasi yang dahsyat dituntut untuk dapat membaca dan menyerap informasi yang setiap hari menyerbu kita. Berpuluh-puluh koran dan majalah tidak pernah jemu-jemu menyodorkan informasi untuk dibaca. Bahkan dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini, melalui internet kita sudah dapat mengakses informasi dari berbagai belahan dunia dalam waktu singkat tanpa harus meninggalkan tempat duduk kita. Semua kegiatan tersebut tentu memerlukan kegiatan membaca, seperti membaca cepat.
Harras dan Lilis, S. (2003 : 1) mengemukakan bahwa membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Membaca juga merupakan jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan. Oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran membaca merupakan prasyarat mutlak bagi setiap insan yang ingin beroleh kemajuan.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan berkomunikasi yang penting dan harus dikuasai oleh setiap siswa. Kegiatan membaca setiap hari digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), terdapat materi pembelajaran membaca cepat pada setiap tingkatan atau kelas. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang perlu dan penting dikuasai oleh setiap siswa. Namun, terkadang guru menyajikan pembelajaran membaca cepat tanpa memperhatikan aspek kreatif, efektif, dan menyenangkan. Akibatnya, siswa merasa jenuh mengikuti kegiatan pembelajaran dan pembelajaran pun berlangsung tanpa menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran membaca cepat dikatakan berhasil apabila siswa dapat membaca 300 – 350 kata per menit (Kpm) dan memahami isi bacaan yang berupa : mampu menemukan ide pokok setiap paragraf, menemukan informasi tertentu, dan menjawab pertanyaan bacaan dengan benar minimal 75 %. Untuk itu, perlu diupayakan strategi pembelajaran membaca cepat yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan guna mencapai tujuan tersebut.
Kata kunci: Strategi Pakem dalam pembelajaran membaca.


B. Pengertian Strategi dan PAKEM
Kata strategi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sedangkan Pakem berarti Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Menurut Pusat Pengembangan Sekolah Efektif (P2SE) UNM (2007), kata aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan memiliki pengertian yaitu: aktif, maksudnya guru aktif memantau kegitan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan terbuka, dan menanyakan gagasan siswa. Sedangkan bagi siswa kata ”aktif” itu bermakna mengajukan perertanyaan, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain, terlibat secara mental, dan melakukan percobaan.
kreatif, maksudnya guru mengembangkan kegiatan yang beragam, memberi tugas yang bervariasi, menerapkan teknik curah pendapat, dan mengembangkan berpikir divergent. Sedangkan untuk siswa, kata ”kreatif” berarti siswa merancang sesuatu, membuat karya, menulis gagasan, mengarang, dan menemukan sendiri.
Selanjutnya, kata efektif bagi guru adalah mencapai tujuan pembelajaran dan memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk siswa, kata ”efektif” dimaksudkan menguasai kompetensi dasar dan menguasai keterampilan yang diperlukan. Kata menyenangkan untuk guru, berarti tidak membuat anak atau siswa takut salah, takut ditertawakan, takut disepelekan, dan menciptakan suasana yang kondusif yaitu hidup, hangat, dan menghargai. Sedangkan untuk siswa, kata ”menyenangkan” berarti berani mencoba, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, berani berbeda pendapat, dan bergairah mengikuti kegiatan belajar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran aktif jika dalam kegiatan pembelajaran tersebut, siswa bertindak sebagai subjek dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dikatakan kreatif jika dalam kegiatan pembelajaran terdapat hal-hal baru yang diciptakan oleh guru yang menjadikan siswa lebih mudah menyerap materi pembelajaran yang disajikan. Sedangkan efektif berarti hasil yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan yakni mencapai ketuntasan, dan menyenangkan yang berarti siswa merasa senang dan tidak takut-takut dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk menghasilkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dalam kegiatan pembelajaran seperti membaca cepat, perlu dilakukan perencanaan yang cermat dengan memperhatikan maksud dari setiap kata yang membentuk akronim Pakem tersebut.


C. Strategi PAKEM dalam Pembelajaran Membaca

Silitonga,dkk. (1984: 8) mengemukakan bahwa keberhasilan pengajaran membaca ditentukan oleh dua faktor dominan yaitu: (1) faktor dari dalam diri siswa sendiri seperti minat, perhatian, kematangan siswa, dan sikap sosial; (2) faktor dari luar siswa seperti lingkungan sekitarnya, situasi, kondisi sosial, ekonomi, keluarga, kondisi sekolah, dan kondisi program pengajaran membaca.
Berdasarkan hal itulah maka dalam pembelajaran membaca di sekolah seharusnya guru memperhatikan kedua faktor tersebut seperti minat dan perhatian siswa, serta kondisi program pengajaran membaca. Salah satu upaya ke arah pemenuhan faktor-faktor tersebut adalah menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran membaca cepat yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menuliskan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai beserta indikatornya.
2. membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil (satu kelompok dua orang).
3. menugaskan kepada setiap kelompok untuk mencari bacaan di internet.
4. menuliskan petunjuk penelusuran melalui Internet dengan cara:
a. menuliskan alamat situs web pada address bar Serch Engine.
Misalnya: http://http://www.google.com/;
http://www.blogger.com/MATERI%20PEMBELAJARAN/MATERI%20DIKLAT%20BAHAN%20AJAR/TESL_TEFL_TESOL_ESL_EFL_ESOL%20Links.htm;
b. Menuliskan kata kunci pada bagian pencarian search engine.
Misalnya: Teks Perkembangan Iptek.
5. menyediakan stopwatch (HP yang memiliki stopwatch) bagi setiap kelompok untuk digunakan mengukur waktu membaca teks di internet.
6. setiap kelompok mencatat waktu baca anggota kelompoknya secara bergantian dengan diawasi oleh guru mata pelajaran.
7. mencatat atau menulis ide pokok setiap paragraf yang dibaca.
8. membuat pertanyaan tentang isi teks yang dibaca.
9. menyimpulkan isi teks yang dibaca.
10. menyampaikan di depan kelas hasil pekerjaan tersebut untuk ditanggapi oleh siswa (kelompok) lainnya.
Dengan penerapan langkah-langkah yang disebutkan di atas dalam pembelajaran membaca seperti membaca cepat, siswa akan aktif menemukan sendiri teks bacaan yang disenanginya, aktif membaca dan menemukan ide pokok dan intisari bacaan. Selain itu, siswa juga memiliki kreativitas menemukan bacaan dan mendownload teks bacaan dari internet.


D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran aktif jika dalam kegiatan pembelajaran tersebut, siswa bertindak sebagai subjek dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dikatakan kreatif jika dalam kegiatan pembelajaran terdapat hal-hal baru yang diciptakan oleh guru yang menjadikan siswa lebih mudah menyerap materi pembelajaran yang disajikan. Sedangkan efektif berarti hasil yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan yakni mencapai ketuntasan, dan menyenangkan yang berarti siswa merasa senang dan tidak takut-takut dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran membaca cepat yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menuliskan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai beserta indikatornya.
2. membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil (satu kelompok dua orang).
3. menugaskan kepada setiap kelompok untuk mencari bacaan di internet.
4. menuliskan petunjuk penelusuran melalui Internet dengan cara:
a. menuliskan alamat situs web pada address bar Serch Engine.
Misalnya: http://http://www.google.com/;
http://www.blogger.com/MATERI%20PEMBELAJARAN/MATERI%20DIKLAT%20BAHAN%20AJAR/TESL_TEFL_TESOL_ESL_EFL_ESOL%20Links.htm;
b. Menuliskan kata kunci pada bagian pencarian search engine.
Misalnya: Teks Perkembangan Iptek.
5. menyediakan stopwatch (HP yang memiliki stopwatch) bagi setiap kelompok untuk digunakan mengukur waktu membaca teks di internet.
6. setiap kelompok mencatat waktu baca anggota kelompoknya secara bergantian dengan diawasi oleh guru mata pelajaran.
7. mencatat atau menulis ide pokok setiap paragraf yang dibaca.
8. membuat pertanyaan tentang isi teks yang dibaca.
9. menyimpulkan isi teks yang dibaca.
10. menyampaikan di depan kelas hasil pekerjaan tersebut untuk ditanggapi oleh siswa (kelompok) lainnya.
Berdasarkan simpulan di atas disarankan kepada setiap rekan guru untuk senantiasa mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Pakem). Kegiatan pembelajaran yang Pakem dapat diterapkan pada semua materi pembelajaran. Oleh karena itu, ada baiknya setiap guru mata pelajaran berusaha menciptakan kegiatan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan atraktif sehingga siswa akan senantiasa termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran yang kita laksanakan.

Daftar Pustaka
Harras, K.A. dan Lilis Sulistianingsih, 2003. Materi Pokok Membaca 1.
Jakarta : Universitas Terbuka.
P2SE. 2007. Pelaksanaan PAKEM di Sekolah. Makassar: UNM Makassar.
Salam. 2007. Keterampilan Menulis. Bahan Ajar. Makassar: FBS UNM.
Silitonga,M.,dkk., 1984. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III
SMP Sumatra Utara : Membaca dan Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Soedarso, 2004. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : PT Gramedia




MODEL PEMBELAJARAN


MENDONGENG SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN APSI
Oleh: Muhammad Arifai, S.Pd
Guru SMA Negeri 1 Watansoppeng

A. Pendahuluan
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berlangsung dengan mudah dan menarik bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan mudah. Untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai cara atau model yang tepat dan menarik. Salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah mendongeng. Mendongeng merupakan kegiatan menyampaikan cerita atau dongeng kepada siswa. Melalui dongeng, siswa dapat belajar menentukan unsur yang membangun sebuah sastra misalnya: alur, watak, atau tema cerita.
Dalam dunia sastra Indonesia, terdapat berbagai jenis hasil karya sastra lama yang masih tetap eksis sampai sekarang. Salah satunya adalah dongeng. Dongeng adalah salah satu hasil karya sastra Indonesia yang berbentuk prosa, seperti roman, novel, dan cerpen. Dalam dongeng terdapat berbagai pelaku yang dikisahkan memiliki watak atau karakter tertentu. Misalnya dongeng tentang si Kancil dan Buaya, Pelanduk yang Cerdik atau dongeng Pak Belalang. Dongeng tersebut bersifat menghibur dan dapat memberi pendidikan, terutama pendidikan moral kepada anak didik. Dengan demikian, tepatlah kiranya jika mendongeng dijadikan sebagai model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.
Kata kunci: mendongeng, model pembelajaran sastra Indonesia.


B. Dongeng dan Sastra Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dongeng ialah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Ia adalah cerita rekaan yang kebenarannya belum dapat dipastikan. Sedangkan menurut James Dananjaja dalam Folklor Indonesia bahwa dongeng termasuk jenis cerita pendek kolektif kesastraan lama. Dananjaja berpendapat kalau sebuah dongeng itu tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng hanya diceritakan untuk menghibur. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Wiyanto (2005: 58) yakni dongeng adalah cerita khayal yang tidak masuk akal. Cerita dalam dongeng tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi.
Berdasarkan isinya, dongeng dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Cerita binatang (fabel), yaitu dongeng yang mengisahkan tentang binatang yang dapat berbicara, bisa berpikir, punya cita-cita, seperti manusia. Dengan kata lain, binatang itu sebenarnya cerita tentang kehidupan manusia yang tokoh-tokohnya binatang. (2) Cerita jenaka, yaitu dongeng yang berisi cerita yang dapat menggelitik karena lucu. Tokoh yang diceritakan orang bodoh atau bloon, orang malas, atau orang cerdik seperti si Kabayan. (3) Legenda, yaitu dongeng yang berkaitan dengan nama suatu tempat (kota, gunung, sungai, dan lain-lain). Ceritanya dicari-cari yang pada akhirnya menjadi sebab munculnya nama tempat yang diceritakan itu. Misalnya dongeng tentang asal mula nama Banyuwangi, Gunung Pattiro Sompe, asal mula Ompo, dan sebagainya. (4) Mite, yaitu dongeng yang mengisahkan tentang dewa-dewa, makhluk halus, dan hal-hal gaib lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat tempat cerita itu berkembang. Misalnya ceirta tentang Nyi Roro Kidul (Ratu Laut Selatan), dan Pertempuran di Prambanan dan Letusan Gunung Merapi. (5) Sage, adalah dongeng yang mengandung unsur sejarah. Akan tetapi, unsur sejarahnya amat sedikit jika dibandingkan dengan tambahannya yang bersifat aneh, luar biasa, dan dahsyat. Sering pula ceritanya mengandung unsur kepahlawanan. Misalnya: Pararaton (menceritakan Ken Arok), dan Tutur Tinular (menceritakan pahlawan Majapahit). (6) Parabel, adalah dongeng perumpamaan yang biasanya berisi unsur pendidikan tentang kesusilaan atau keagamaan. Misalnya dongeng ”Damarwulan”, dan ”Cerita Sepasang Selop Putih”.
Dongeng merupakan salah satu hasil karya sastra Indonesia yang tidak hanya berfungsi untuk menghibur tetapi juga dapat berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.


C. Mendongeng sebagai Model Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia (Apsi)
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, seringkali guru dihadapkan pada situasi sulit untuk menjadikan siswa mudah mengerti atau memahami materi yang disajikan. Begitu pula halnya dalam pembelajaran sastra Indonesia utamanya pada kompetensi dasar menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra. Pada situasi seperti itulah dibutuhkan model pembelajaran yang efektif dan menarik sehingga siswa tidak hanya dapat tertarik mengikuti pembelajaran tetapi juga dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran yang disajikan.Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah mendongeng.
Mendongeng merupakan model pembelajaran yang efektif dan menarik digunakan dalam pembelajaran sastra seperti menentukan unsur intrinsik novel atau cerpen. Melalui dongeng yang disampaikan oleh guru, siswa akan dengan mudah memahami unsur intrinsik sastra seperti alur atau jalan cerita, penokohan atau watak pelaku, latar atau tempat kejadian cerita, amanat atau pesan yang terdapat dalam cerita tersebut, tema cerita, dan gaya bahasa yang digunakan. Selain itu, siswa juga akan mudah mengenal nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah karya sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan sebagainya.
Guru dapat memilih berbagai jenis dongeng untuk diceritakan kepada siswa di depan kelas. Misalnya dongeng ” Si Kancil dan Buaya” atau ”Pak Belalang”. Dongeng tersebut berisi kisah yang menarik dan lucu dan mudah dipahami oleh siswa. Apalagi jika dibawakan dengan bahasa atau intonasi yang bervariasi disertai dengan gambar visual atau boneka. Dengan demikian, siswa akan tertarik mengikuti kegitan pembelajaran dan tidak mudah mengantuk. Meskipun ada sindiran yang disampaikan melalui dongeng, siswa tidak langsung merasa disindir. Bahkan, siswa diminta menilai sendiri sebuah kebenaran atau pendidikan dalam dongeng yang diperdengarkan, seperti pada dongeng “Sampuraga” yang berkisah tentang si anak durhaka. Durhaka kepada orang tua akan mendatangkan malapetaka, merupakan pesan moral yang ingin disampaikan kepada siswa.

D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng dapat dijadikan media pembelajaran apresiasi sastra Indonesia. Mendongeng merupakan model pembelajaran yang efektif dan menarik digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran sastra Indonesia di kelas. Melalui kegiatan mendongeng, siswa akan mudah memahami unsur intrinsik sastra seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa. Juga unsur ekstrinsik sastra, yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah karya sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, atau keagamaan.
Untuk itulah, disarankan kepada rekan-rekan guru agar senantiasa berupaya menggunakan model pembelajaran yang efektif dan menarik atau menyenangkan dalam setiap kegiatan pembelajaran, demi meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa di sekolah.
Daftar Pustaka
Depdikbud, 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Herman. Mendongeng sebagai Metode Pembelajaran. Suara Tinta. Edisi 12 Juli 2007 http://www.vanillamist.com/.
Tang, Muhammad Rapi, 2004. Apresiasi Puisi, Prosa Fiksi, dan Drama Indonesia : Suatu Tinjauan Umum. Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.



Kamis, 06 Agustus 2009

BAHAN AJAR KRITIK DAN SARAN

Kritik dan Saran

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

●Standar Kompetensi : Mendengarkan
1. Memahami informasi dari berbagai laporan

●Kompetensi Dasar : 1.2 Mengomentari berbagai laporan lisan dengan memberikan kritik dan saran
●Indikator :
1. Mengemukakan kritik terhadap isi laporan
2. Memberikan saran untuk perbaikan isi laporan

Materi Pembelajaran
A. Laporan
1. Pengertian
Laporan adalah suatu cara berkomunikasi dari penulis untuk menyampaikan hal-hal penting kepada seseorang atau suatu badan hukum sehubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.
2. Fungsi Laporan
a. memberitahukan atau menjelaskan pertanggungjawaban tugas dan kegiatan.
b. memberitahukan atau menjelaskan dasar penyusunan, kebijakan, keputusan, atau pemecahan masalah.
c. merupakan sumber informasi
d. merupakan bahan untuk pendokumentasian.
3. Tujuan Laporan
a. mengambil suatu keputusan yang lebih efektif.
b. mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.
c. mengadakan pengawasan dan perbaikan.
d. menemukan teknik-teknik baru, dsb.
4. Syarat Pembuatan Laporan
a. menggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan benar.
b. mengemukakan isi laporan dengan lengkap dan sistematis.
5. Jenis-Jenis Laporan
Menurut jenisnya, laporan dibedakan atas laporan formal dan nonformal.
Laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan berikut:

a. ada halaman judul
b. ada halaman pengesahan
c. ada daftar isi
d. ada ikhtisar atau abstrak
e. ada pendahuluan sebagai informasi awal bagi pembaca
f. isi laporan terdiri atas sub-subjudul yang terstruktur atau sistematis
g. ada kesimpulan dan saran
h. menggunakan ragam bahasa resmi atau baku.
Laporan nonformal adalah laporan yang bersifat pribadi dan bentuknya manasuka sesuai dengan keinginan penulis. Laporan jenis ini bisa diungkapkan dalam bentuk surat atau esai. Ragam bahasa yang digunakan bisa saja santai sesuai dengan subjektivitas dan kepentingan penulisnya.
6. Bentuk laporan:
a. Berbentuk formulir isian
b. Berbentuk surat
c. Berbentuk memorandum (saran, nota, catatan pendek)
d. Laporan jurnalistik
e. Laporan ilmiah

B. Latihan
1. Kemukakanlah kritik terhadap isi laporan berikut ini!
2. Berikanlah saran terhadap perbaikan isi laporan tersebut!
Laporan Kegiatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
di SMA N 1 Watansoppeng

A. Pendahuluan
1. latar Belakang
Kegiatan Isra Miraj Nabi Besar Muhammad SAW diperingati setiap tahun pada bulan Rajab. kegiatan tersebut dilakukan disamping memperingati hari-hari besar Islam, juga diharapkan dapat dijadikan momentum untuk mengevaluasi diri daripada umat Islam.
Laporan kegiatan ini panitia susun sebagai pertanggungjawaban panitia sekaligus untuk mengevaluasi kelemahan dan kekurangan serta hambatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan rujukan daripada kegiatan selanjutnya.
2. Tujuan
Tujuan daripada laporan ini adalah sebagai bahan untuk menjelaskan proses pelaksanaan, hasil yang telah dicapai, dana yang telah dipergunakan, dan hal-hal lain yang menghambat pelaksanaan kegiatan Isra Miraj.

B. Proses pelaksanaan
Kegiatan menyambut Isra Miraj di SMA N 1 Watansoppeng berlangsung selama satu hari dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 pada tanggal 19 Juli 2008. Acara yang dilakukan meliputi lomba masakan tradisonal, lomba kaligrafi, tadarus Alquran, dan lomba adzan.
2. Penggunaan Dana
a. Biaya konsumsi Isra Miraj, kursi, tenda, undangan, dan administrasi Rp 3.500.000
b. Biaya pelaksanaan lomba dan hadiah Rp 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah).
5. Penutup
Demikian laporan ini , atas bantuan dan dukungannya dari Kepala sekolah, komite sekolah, guru-guru, pengurus Osis serta tokoh masyarakat disampaikan terima kasih. Watansoppeng, 20 Juli 2008
Panitia Pelaksana


.....................................

BAHAN AJAR

MODUL 2
I. KD 4.4 Menyusun paragraf argumentatif untuk berbagai keperluan
II. Indikator:
1. mengidentifikasi ciri-ciri paragraf argumentatif
2. menentukan topik yang terdapat dalam paragraf argumentasi
3. menyusun kerangka paragraf argumentasi
4. mengembangkan kerangka menjadi paragraf argumentasi


III. Materi Pokok
A. Kerangka paragraf argumentasi :
1. menyukai produk buatan luar negeri
a. sikap negatif
- tuna harga diri
b. tidak mendukung anjuran pemerintah
2. produk buatan Indonesia
a. mutunya bagus
- pakaian dan sepatu
b. harganya bersaing
B. Mengembangkan kerangka menjadi paragraf argumentasi
Hingga sekarang masih banyak warga masyarakat yang menyukai produk buatan luar negeri. Ini menandakan bahwa warga masyarakat memiliki sifat negatif. Mereka adalah warga masyarakat yang tuna harga diri. Dengan demikian, sebenarnya mereka tidak mendukung anjuran pemerintah agar kta mencintai produk dalam negeri.
Mereka tidak menyadari bahwa bangsa kita sudah dapat membuat berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan kita. Mutu barang-barang buatan bangsa kita boleh dikatakan sudah bagus. Umpamanya, pakaian yang kita kenakan dan sepatu yang kita pakai. Selain itu, harganya pun bersaing.

C. Tugas
1. Tentukanlah topik yang terdapat pada paragraf argumentasi di atas!
2. Ciri-ciri paragraf argumentasi ada lima. Lengkapilah ciri-ciri paragraf argumentasi di bawah ini dengan tepat!
a. analisis rasional (berdasarkan fakta)
b. unsur subjektif dan emosional sangat dibatasi (sedapat mungkin tidak ada)
c. menggunakan bahasa denotatif
d. ……………………………….
e. ……………………………….
3. Buatlah dua buah paragraf argumentasi secara padu atau kohesif (seperti contoh di atas) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pilihlah salah satu tema di bawah ini:
●Aku cinta bahasa Indonesia
●Meningkatkan kedisiplinan siswa
●Menyambut Ujian Nasional 2008
●menggalakkan kegiatan keagamaan di sekolah
2. panjang setiap paragraf adalah minimal lima puluh kata.
3. setiap paragraf harus disertai kerangka
4. tentukanlah topik dari setiap paragraf yang kamu tulis!
5. pergunakanlah ejaan dan tanda baca dengan tepat!
#######Selamat bekerja dengan semangat, jujur, dan disiplin!#######

Mengenag W.S. Rendra Sang Burung Merak

Jakarta - Penyair ternama WS Rendra meninggal dunia pada usia 74 tahun di RS Mitra Keluarga, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/8/2009) malam sekitar pukul 22.00 WIB. Pria bernama lengkap Wahyu Sulaiman Rendra ini meninggalkan 10 orang anak dari 3 pernikahannya.Rendra selama ini dikenal sebagai penyair bersuara lantang yang mahir memainkan irama serta tempo. Ia juga handal membakar emosi penonton. Pria yang akrab dipanggil Willy ini mencurahkan sebagian besar hidupnya dalam dunia sastra dan teater. Menggubah sajak maupun membacakannya, menulis naskah drama sekaligus melakoninya sendiri, dikuasainya dengan sangat matang. Sajak, puisi, maupun drama hasil karyanya sudah melegenda di kalangan pecinta seni sastra dan teater di dalam negeri, bahkan di luar negeri.Ia bukanlah penyair biasa. Sajak dan puisinya tidak sedikit berisi nada protes. Tak heran ia dikenal sebagai penyair yang kritis terhadap pemerintah. Karya-karyanya yang berbau protes pada masa aksi para mahasiswa sangat aktif di tahun 1978, membuat suami Ken Zuraida ini pernah ditahan oleh pemerintah berkuasa saat itu. Tidak hanya sajak dan puisi yang sering mengalami tekanan kekuasaan, dramanya yang terkenal berjudul SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor juga pernah dilarang untuk dipentaskan di Taman Ismail Marzuki. Di samping karya berbau protes, dramawan kelahiran Solo, 7 Nopember 1935, ini juga sering menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah seperti puisinya yang berjudul 'Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta' dan puisi 'Pesan Pencopet Kepada Pacarnya'.Kepiawaian Rendra dalam membacakan syair maupun berteater bukan sesuatu yang gratis dari langit. Kemampuannya sudah dimulai diasah sejak ia kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada. Rendra dikenal giat menulis cerpen dan essai di berbagai majalah sepeprti Mimbar Indonesia, Basis, Budaya Jaya, Siasat.Selain memiliki bakat, ia terus mengelaborasi kemampuannya dalam dunia seni dengan menimba ilmu di American Academy of Dramatical Art, New York, USA. Sekembalinya dari Amerika pda tahun 1967, pria tinggi besar berambut gondrong ini mendirikan bengkel teater di Yogyakarta. Tak lama bengkel teater tersebut ia pindahkan ke Citayam, Cipayung, Depok, Jawa Barat.Karena karya-karyanya yang begitu gemilang, Rendra beberapa kali pernah tampil di acara berskala Internasional . Sajaknya yang berjudul 'Mencari Bapak', pernah dibacakannya pada acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke 118 Mahatma Gandhi pada tanggal 2 Oktober 1987, di depan para undangan The Gandhi Memorial International School Jakarta. Ia juga pernah ikut serta dalam acara penutupan Festival Ampel Internasional 2004 yang berlangsung di halaman Masjid Al Akbar, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 22 Juli 2004.Kini, 'Si Burung Merak' itu telah terbang selamanya meninggalkan kita. Selamat Jalan Mas Willy. Semoga tenang disisi-Nya. (ape/mok)
Sent from Indosat BlackBerry powered by
-->

Cerpen


ADA GULA ADA SEMUT
Karya: Muhammad Arifai, S.Pd

Kota semut yang semula tenang dengan semboyannya “Ada gula ada semut”, kali ini mulai geger akibat adanya berita telah muncul gula model baru yang rasanya sangat manis dan super lezat. Bukan hanya itu, konon kabarnya gula tersebut mampu membantu para warga semut yang berprofesi sebagai guru sehingga tidak perlu lagi mengusahakan penghasilan tambahan setiap bulannya (misalnya mengambil kredit di Bank atau koperasi untuk menambah-nambah penghasilan/gaji mereka). Namun untuk mendapatkan gula sertifikasi tersebut, diperlukan persyaratan yang tidak mudah, bahkan cenderung berbelit dan sulit.
Hal itulah yang dirisaukan oleh banyak kalangan guru di kota semut. Mereka semua ingin segera mendapatkan gula sertifikasi akan tetapi banyak yang tidak mendapat kesempatan untuk mendapatkannya. Hanya mereka yang dipanggil oleh pihak penguasa yang boleh ikut. Akibatnya banyak guru di kota semut tidak bergairah menjalankan tugasnya. Mereka hanya bergairah membicarakan kesempatan ikut berkompetisi mendapatkan gula sertifikasi. Bagi semut yang namanya dipanggil memasukkan portofolio, senanglah mereka dalam ketenangan menyusun portofolio. namun ada juga yang namanya dinyatakan ikut serttifikasi tetapi malah tidak tenang. Itulah yang belum cukup memiliki angka sertifikasi sehingga terpaksa harus ke sana-ke mari mencari sertifikat pelatihan atau piagam seminar.Akibatnya tugas pokoknya sebagai guru menjadi tidak terlaksana. Hari-harinya hanya disibukkan oleh kegiatan mencari dan memburu sertifikat. Untunglah banyak instansi melaksanakan seminar dadakan dengan biaya pendaftaran peserta yang lumayan tinggi. Tapi mengingat manis dan lezatnya gula sertifikasi, masalah uang pendaftaran peserta seminar pun tak jadi masalah. Biarlah pinjam sama koperasi untuk biaya ikut seminar yang penting dapat angka kredit yang cukup untuk ikut sertifikasi. Nantilah kalau sudah terima gula-gula sertifikasi, baru uang pinjaman itu dikembalikan. Itulah hasil pemikiran para semut-semut merah yang makin menyemut ingin ikut berkompetisi mendapatkan gula-gula sertifikasi.
”Sudah selesai portofolionya?” Si Hitam mendekati temannya yang sedang asyik masyuk didepan komputer.
”Apa itu portofolio? kedengarannya kok seperti nama penyakit?”
”Akh, kamu ini. Makanya bergaul dong. Masa portofolio saja tidak tahu. Lihat tuh teman-teman lainnya dari tadi sibuk mengopi.
”Eh, oh...ya, tolong minta segelas kopinya ya?”
”Uh... dasar tulalit. Maksud saya mengopi sertifikat, piagam, SK, dll. Bukan minum kopi hitam seperti mulutmu itu.”
”Akh, kamu itu, gitu aja kok sewot. Ntar ndak tambah manis lho?”
Melihat gelagat yang tidak mengenakan itu, Jumi langsung keluar meinggalkan Samson yang makin asyik dengan game terbarunya.
****
Ternyata dunia semut tidak hanya dihebohkan oleh kehadiran gula sertifikasi. Mereka juga heboh karena tidak lama lagi mereka akan melakukan pemilihan calon anggota legislatif kota Semut (Calekos). Beberapa partai politik sudah gencar melakukan kampanye dengan menebar poster di berbagai kota. Kota semut menjadi semarak dengan kehadiran poster para Calekos dari berbagai parpol yang berwarna-warni. Pohon-pohon yang dulunya ditempati oleh makhluk halus menurut beberapa warga kota semut, kini berganti menjadi tempat poster para Calekos yang rata-rata Sarjana.
Sementara warga lainnya yang berprofesi PNS sibuk mempersiapkan berkas portofolio, warga lainnya sibuk memikirkan siapa yang paling pas duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Semut tanpa harus khawatir jangan-jangan korupsi.
”Pak, mau ikut seminar. Uang pendaftarannya gratis. Sertifikatnya bernilai 40 angka kredit.”
”Mau...mau. Tolong saya didaftar. Tapi, apa betul gratis?”
“Jelas, Pak Mut. Ini kan disponsori oleh salah seorang Caleg handal di kota kita.”
“ Wah, kalau begitu saya ndak jadi ikut.”
“Kenapa Pak, ini kesempatan bagus lho Pak. Mumpung gratis. Coba, mana ada sih yang gratis di zaman yang krisis begini?”
”Nah, itulah yang saya takutkan. Mana ada yang gratis dizaman krisis seperti sekarang ini. Seminar ini memang gratis mulanya, tapi ujung-ujungnya kita harus membayar juga. Memang tdak pakai uang tapi pakai suara kita. Hak pilih kita yang harus dipakai membayarnya. Itu kan namanya pemaksaan secara halus. Dan kamu tahu sendiri kan? Saya orangnya ndak suka dipaksa-paksa. Jadi, maaf saja. Saya ndak jadi ikut.”
Pak Rangrang hanya melongo lalu pergi menghilang di balik pintu ruangan guru yang mulai ramai. Rupanya hari ini ada kabar heboh lagi. Sejurus kemudian, ruangan guru pun betul-betul ramai. Keramaian itu jadi sedikit dramatis ketika seekor semut merah yang baru menjadi guru tiba-tiba dipanggil ikut kompetisi mendapatkan gula-gula sertifikasi. Guru-guru lain yang merasa lebih profesional sontak jadi heran, gelisah, gerem hingga gemes. Sementara guru muda yang dipanggil ikut kompetisi dan dinyatakan lulus makin bertingkah dengan angan-angannya mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok. Dunia semut pun dipenuhi gosip di sana-sini. Ada yang menyangka si guru muda yang cantik dan bahenol main mata dengan sang penentu kebijakan. Ada juga yang bilang kalau si cantik lulus karena punya om bos. Ada pula yang berpikiran negatif dan bahkan lebih negatif dari yang negatif dengan menuduh si cantik jadi istri simpanan salah seorang penentu kebijakan/penguasa di daerah ini.
”Pak, mauki masuk Pak?” ketua kelas 3 menyeruak dari kerumunan para guru yang sedang rapat akbar dengan tema ”sertifikasi dini”. Rupanya bel dari tadi berbunyi. Sudah jam kelima. Artinya waktuku sekarang mengajar di kelas X. Dengan anggukan kecil, siswa yang baru terpilih menjadi ketua kelas itu, menghilang dari pandanganku. Segera kuambil Notebook dan Proyektor dari lemari di belakangku. Aku berjalan tenang cenderung agak tergesa menghindari tatapan guru lainnya yang membuat beban bawaanku kian berat.
”Anak-anak, hari ini Bapak membawa oleh-oleh buat kalian.”
”Wah, asyik dong Pak. Apa sih ole-olenya?”
Kuliat siswa lainnya tambah semangat ingin tahu ole-ole yang kumaksud. Segera saja kutampilkan slide komposisi wajah. Siswa pun berebutan menjawab setiap pertanyaan yang meminta karakteristik wajah setiap siswa. Tidak lama kemudian tampillah wajah serem dan lucu yang membuat siswa tertawa terpingkal-pingkal. Tiba-tiba aku merasa terganggu oleh banyaknya siswa yang mengintip di jendela dan pintu kelas. Katanya mereka tidak belajar karena gurunya tidak masuk. Aku jadi heran, kok tidak masuk kelas padahal tadi guru yang dimaksud ada di ruang guru.
”Kita dikasih tugas mencatat Pak.” siswa yang kelasnya disebelah kanan memberikan keterangan. Berarti di antara ruang kelas pada deretan kelas yang saya tempati mengajar, hanya kelas saya saja siswanya belajar. Pasti guru yang lain sibuk bikin portofolio atau melengkapi dokumen portofolionya. Ternyata sertifikasi memiliki dampak yang serius terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Ini pantas dijadikan judul karya tulis. Betul, hal ini akan saya coba tulis untuk pengembangan profesi guru. Mudah-mudahan tidak ditolak karena tidak mengandung upaya peningkatan hasil belajar, seperti teman saya yang sudah habis-habisan mengirim karya tulis namun selalu ditolak dan belum bisa memenuhi unsur pengembangan profesinya untuk pindah golongan ke IV/b.
Kenapa pula harus ke IV/b? Bukankah gaji guru yang lulus sertifikasi jauh lebih tinggi daripada golongan IV/b? Bukankah hidup ini hanya diukur dengan uang saja. Mana kegiatan yang banyak mendatangkan uang itulah yang dilaksanakan. Mana daerah yang banyak mendatangkan rezeki, itulah yang ramai didatangi. Jadi, tidak kelirulah kalau dikatakan ada gula ada semut. Ada uang ada teman. Tidak ada uang, teman ada tapi hanya tinggal nama.
”Pak, kelas yang di sebelah saya kok tidak belajar padahal guru yang punya vak disitu ada.”
”Saya sudah tanya, katanya dia memakai metode CBSA.”
”CBSA, tapi kok tidak masuk kelas?”
”Itulah Pak. Ternyata CBSA itu artinya bagi dia, Catat Buku Sampai Abis.”
”Hah,...begitu ya? Trus... guru ybs kemana?
”Biasa, ikut seminar.”
”Waduh, kalu begini berarti tujuan pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui sertifikasi, ternyata meleset 180 derajat. Buat apa guru ikut terus seminar kalau siswanya ditinggalkan. Apa benar kalau sudah ikut seminar bisa bertambah profesional?”
”Wah, kalau yang itu, saya juga sangsi Pak. Buktinya, saya sudah lebih sepuluh kali ikut seminar tapi tak ada satupun yang saya bisa implementasikan di kelas. Makanya saya sekarang lagi malas ikut seminar. Kalau nanti saya tidak lulus sertifikasi gara-gara kurang banyak ikut seminar, ya saya akan protes itu Pak.”
”Protes pakai apa? Emang kamu punya banyak modal buat ke mahkamah?”
”Ya, minimal protes lewat tulisanlah.”
”Ha..ha....ha....kamu memang guru yang profesional. Setidaknya profesional dalam menghasilkan tulisan yang bisa menyindir.”
”Akh, jangan nyindir begitu dong pak. Gini-gini, tulisan saya sudah banyak dimuat dimajalah lho pak.”
***************
Sudah satu minggu lebih pak Slamet mendekam di balik jeruji besi.. Kasihan dia, gara-gara tulisannya di internet dia harus menginap di rumah tahanan. Dia dikena sanksi pencemaran nama baik. Jadilah pak Slamet mendekam di balik jeruji besi selama 6 tahun. Konon kabarnya hukuman itu bertambah karena dikaitkan dengan Undang-Undang penyalahgunaan teknologi informasi.
Sebenarnya pak Slamet tidak harus dipenjara seandainya ada yang bersedia menjadi pembelanya. Tapi, ya mau apalagi. Yang namanya pembela tentu harus dibayar dengan bayaran yang tinggi dan pak Slamet jelas tidak mampu untuk hal itu. Gaji pak Slamet yang lebih dua juta tinggal seperduanya setelah mendapat potongan bank, koperasi, dan kreditan lainnya. Meski beberapa siswa sudah melakukan demonstrasi minta pembebasan pak Slamet, namun pihak yang berkompeten tidak juga menggubrisnya. Padahal, tulisan pak Slamet itu hanya sekadar ungkapan perasaan mengenai nasib dia dan rekan-rekannya yang tak kunjung mendapat jatah sertifikasi.
Rumah pak Slamet yang dulu ramai dikunjungi teman-teman yang ingin memiliki karya tulis untuk portofolio, kini sepi sesepi hati pak Slamet menyendiri di balik jeruji besi. Tidak ada lagi kunjungan dari rekan-rekannya yang dulu sering minta bantuannya. Istri dan anak-anaknya pun jarang datang dengan alasan tidak punya ongkos.
Sekolah mendadak ramai ketika beberapa guru yang mendapat jatah sertifikasi mengadakan syukuran. Hanya pak Slamet yang tampak tidak bergairah makan. Meskipun ia mendapat penangguhan tahanan, namun tetap sebagai tahanan kota. Badannya yang dulu kurus kini tambah kurus. Kumis dan janggotnya tambah lebat menutupi mulut yang dulu riang bercerita. Hanya sinar matanya yang masih menampakkan cahaya kehidupan. Melaksanakan tugasnya pun sudah tidak seperti yang dulu. kalau ia datang pagi-pagi, kerjanya hanya duduk mengutak-atik laptopnya hingga jam pulang tiba. Hanya satu yang tidak berubah yaitu kebiasaannya menulis. Seperti hari itu ketika rekan-rekan seprofesinya sibuk makan dan ketawa-ketiwi, ia tetap asyik dengan tuts-tuts di keyboard laptop. Mungkin menulis sesuatu yang orang lain belum boleh tahu. kalau ada yang mendekat, ia langsung menutup laptopnya sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. Bicara pun tidak pernah. hanya anggukan dan senyuman kecil yang kerap terlihat dari dirinya. Dari sorot matanya terlihat sebuah bara dendam memancar. Hal itu nyata terlihat ketika dia sedang melanjutkan tulisannya. ”Semoga tulisan kali ini tidak membuatku harus masuk sel lagi meski isinya agak sedikit menyerempet masalah kinerja aparat dan birokrai yang jauh dari ila kelima Pancasila”. Harapan itu dilontarkan Pak Slamet ketika pak Rangrang duduk di sampingnya, tepat satu minggu lalu, dan bertepatan ketika hari ini pak Slamet dinyatakan bersalah dalam hal pencemaran nama baik hingga ia divonis 5 tahun tambah denda Rp 1 miliar. Kami rekan seprofesinya tak kuasa mendengar dan menerima vonis itu, lebih-lebih pak Slamet yang tidak mampu berkata apa-apa lagi mendengar vonis yang dijatuhkan kepadanya hingga ia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.

Rabu, 05 Agustus 2009

Bagaimana Pendapat Anda dengan Kelangkaan Minyak Tanah?

Minyak Tanah Hanya Tersedia di SPBUMAKASSAR -- PT Pertamina hanya menyediakan penjualan minyak tanah melalui stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Harganya pun melonjak dari Rp 2.885 menjadi Rp 7.200 perliter. Khusus Makassar, pemerintah sudah mencabut subsidi minyak tanah.Penjualan minyak tanah di SPBU ini mulai berlaku sejak 3 Agustus lalu. Selanjutnya, agen-agen minyak tanah diarahkan beralih ke elpiji ukuran tiga kilogram. External Relation Region VII PT Pertamina, Rosinah Nurdin, membantah jika perusahaan pelat merah ini tidak melakukan sosialisasi terkait konversi tadi. Rosinah mengatakan, sebelum konversi minyak tanah ke elpiji, Pertamina telah melakukan serangkaian sosialisasi. "Minyak tanah jumlahnya masih tetap. Sama sekali tidak langka. Warga bisa dapatkan di SPBU saat ini juga. Akan tetapi harganya berbeda karena minyak tanah yang kami jual di SPBU tersebut sudah tidak disubsidi," ujar Rosinah di ruang kerjanya, Rabu, 5 Agustus. Terkait keamanan penggunaan tabung elpiji ukuran tiga kilogram, Rosinah memberi garansi aman. Rosinah menjamin jika kualitas dari tabung tersebut sudah uji kelayakan standar nasional Indonesia. Bahkan ada sertifikat dari Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan. (ded)



















-->

Keraguan

Lagu 'Tak Gendong' Mbah Surip Njiplak?Anwar Khumaini - detikNews

-->Jakarta - Lagu 'Tak Gendong' ciptaan Mbah Surip yang booming di seantero nusantara ternyata memiliki kesamaan dengan lagu 'Raunchy' karya musisi Amerika Serikat, Billy Vaughn. Apakah Mbah Surip menjiplak?"Saya tidak berani menjawab sebelum mendengar sendiri. Tapi yang jelas, lagu 'Tak Gendong' sudah ada sejak 7 tahun yang lalu," ujar pengamat musik Bens Leo kepada detikcom, Kamis (6/7/2009).Bens Leo yang mengaku sudah lama kenal dengan Mbah Surip juga telah melihat sendiri kakek nyentrik tersebut menyanyikan lagu 'Tak Gendong' 7 tahun lalu. "Saya nggak tahu apakah ini orisinil atau nggak. Tapi memang setiap kali ada peristiwa seperti ini (kematian), selalu ada kontroversi," imbuhnya.Dia mencontohkan, saat 'king of pop' Michael Jackson meninggal dunia, muncul di Youtube lagu Islami yang seakan-akan dinyanyikan oleh Michael Jackson. Padahal sebenarnya tidak.Dalam lagu 'Raunchy', memang terdapat kemiripan dengan lagu ciptaan kakek yang meninggal akibat serangan jantung tersebut. Intro lagu 'Raunchy' sangat mirip dengan nada dalam lirik lagu 'Tak Gendong'. Selebihnya, berbeda sama sekali."Kalau sekadar intro sepanjang apa dulu. Intro bukan kekuatan inti dari lagu itu (Tak Gendong). Jadi itu bukan riil penjiplakan," kata pria berambut agak gondrong ini menjelaskan."Lagu ini 7 tahun yang lalu sudah dibawalan Mbah Surip. Saya kenal 7 tahun lalu. Dan lagu ini sering dinyanyikan di komunitas jalanan, Bulungan dan Taman Ancol," imbuh Leo sembari kembali menegaskan bahwa dirinya enggan berspekulasi apakah lagu Mbah Surip tersebut njiplak atau tidak.Lagu 'Tak Gendong' diciptakan Mbah Surip pada tahun 1983 saat dia bekerja di Amerika Serikat di perusahaan pengeboran minyak. Sementara lagu 'Raunchy' telah diciptakan pada tahun 1957, yang merupakan salah satu hits instrumental Rock and Roll Amerika kala itu.(anw/van)

Kecurangan Pilpres

Mahfud MD: Kecurangan Memang Masif
detikcom - Kamis, Agustus 6
Mahkamah Konstitusi (MK) menengarai kecurangan pilpres memang berlangsung secara masif. Namun untuk menyimpulkan apakah kecurangan itu bersifat terstruktur dan sistematis, masih perlu pembuktian lebih jauh.
"(Kecurangan) itu memang masif. Tapi kalau terstruktur dan sistematis belum, masih perlu dibuktikan," kata Ketua MK Mahfud MD yang menjadi Ketua Majelis Hakim dalam sidang di MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (5/8/2009).
Mahfud mengeluarkan pernyataan itu untuk mengomentari kasus beredarnya ribuan formulir C1 palsu buatan Tim SBY-Boediono di Kota Tangerang, Banten pada hari H pilpres. Formulir itu beredar di di ribuan TPS di Kota Tangerang yang memiliki 2700 TPS.
Di formulir tersebut telah terdapat tanda tangan Ketua KPPS beserta cap stempel basah. KPU Provinsi Banten menegaskan formulir palsu tersebut tidak mereka gunakan dalam proses rekapitulasi hasil pilpres. Namun keterangan KPU Banten tidak diterima begitu saja oleh pemohon dan majelis hakim MK.
Di Pilkada Jawa Timur beberapa waktu lalu, Mahkamah Konstitusi memutuskan dilakukan pemungutan suara ulang serta penghitungan ulang di beberapa kabupaten. Hal tersebut dilakukan karena telah terjadi kecurangan secara masif serta sistematis.

Tanam Badan

Tolak Hasil Pilpres, Pendukung Mega-Prabowo Tanam Badan
detikcom - Kamis, Agustus 6
Merasa kecewa dengan pilpres yang dirasa sangat berbau Amerika, Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) yang merupakan pendukung Mega-Prabowo akan menggelar aksi tanam seluruh badan. Aksi ini sebagai ekspresi kekecewaan dan penolakan terhadap hasil pilpres.
"Pemilu yang palsu bukan untuk memilih Presiden RI tetapi memilih presiden bagian dari Amerika, oleh karena itu kami dari Bendera akan melakukan aksi tanam seluruh badan hingga yang terlihat hanya kepala saja," demikian bunyi pers release yang diterima detikcom dari Bendera, Kamis (6/8/2009).
Dalam pers releasenya, Bendera mengungkapkan kekecewaannya terhadap segenap komponen pilpres. Melalui aksi tanam badan ini Bendera ingin menyampaikan pesan bahwa mereka tidak rela Indonesia dikuasai Amerika.
"Jika biaya kampanye dari Texas Capital Corp adalah perusahaan Amerika, penghitungan suara didanai IFES perusahaan Amerika, pemantau pemilunya Yayasan Jimmy Carter dari Amerika juga. Aksi ini adalah bentuk ketidakrelaan kami pada bangsa Amerika," demikian lanjutan pers release tersebut.
Adapun aksi tanam badan ini akan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB di kompleks posko Bendera, di Kantor DPP PDIP, Jl Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.

PENTINGNYA PENGATURAN RUANG KELAS DALAM PBM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum pada undang-undang pendidikan di atas, disusunlah kurikulum yang pengembangannya mengacu pada standar nasional pendidikan. Melalui badan standar nasional pendidikan (BSNP) setiap sekolah mendapat standar penyusunan kurikulum yang dapat digunakan dalam menyusun kurikulum yang disebut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pemberlakuan KTSP pada setiap jenjang sekolah sebagai pengembangan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara ini.
1 Peningkatan mutu pendidikan merupakan tuntutan perubahan zaman yang harus segera disikapi untuk memasuki era globalisasi yang penuh persaingan dengan negara-negara lainnya di seluruh dunia. Dengan pendidikan yang bermutu, dimungkinkan terbentuknya sumber daya manusia yang potensial, mandiri, dan siap bersaing di era globasisasi nanti.
2 Pendidikan yang bermutu selain dapat dihasilkan melalui pengembangan kurikulum yang signifikan, juga dapat dicapai melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Kualitas pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru sebagai unsur yang terlibat langsung dalam setiap kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru yang memiliki perangkat mengajar lengkap tentu berbeda dengan guru yang tidak memiliki kelengkapan perangkat mengajar. Dengan perangkat mengajar yang lengkap, proses belajar mengajar dapat menjadi terarah, terencana atau terprogram dengan baik. Dalam perangkat mengajar seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tercantum dengan jelas kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Selain itu, juga terdapat indikator yang harus diajarkan, dan metode yang akan digunakan untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa.
Di samping kelengkapan perangkat mengajar oleh guru, unsur lain yang turut menentukan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah masalah pengelolaan kelas. Guru yang profesional harus terampil mengatur ruang kelas sehingga memungkinkan terjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pengaturan ruang kelas yang bervariasi, memungkinkan anak-anak dapat belajar dengan baik dan bersemangat mengikuti kegatan pembelajaran. Berdasarkan hal itulah maka dalam makalah ini diangkat judul ”Pentingnya Pengaturan Ruang Kelas dalam Pembelajaran”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas tentang pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran, dirumuskan masalah penulisan ini sebagai berikut:
1. Apakah itu pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran?
2. Bagaimanakah mengatur ruang kelas dalam pembelajaran?
3. Mengapa pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran penting dilaksanakan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas dapat dikemukakan tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud pengaturan ruang kelas.
2. Untuk menggambarkan pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.
3. Untuk menggambarkan pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.

D. Manfat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam peningkatan mutu kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun manfaat yang dimaksud dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.
2. Sebagai masukan kepada para tenaga pendidik atau para guru tentang pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.
3. Memperluas wawasan keilmuan tentang pengelolaan kelas seperti dalam hal pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Ruang Kelas dalam Pembelajaran
Ruang kelas merupakan ruang khusus yang disediakan bagi anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Gaya/metode mengajar
Guru yang mengajar dengan gaya atau metode yang menarik akan menjadikan siswa tertarik dan senang mengikuti PBM. Misalnya proses belajar-mengajar (PBM) dilaksanakan dengan metode sersan (serius tapi santai). Setiap empat puluh menit misalnya, diselingi dengan intermezo sehingga siswa akan merasa terhibur.
3. Penguasaan bahan ajar
Menguasai bahan ajar atau materi pembelajaran sangat penting bagi guru. Guru yang menguasai materi pembelajaran akan leluasa dan luwes dalam pelaksanaan PBM. Ia bisa melakukan berbagai improvisasi dalam menyajikan materi pembelajaran yang tentu saja dapat menjadi daya tarik bagi siswa.


4. Pengelolaan kelas
Guru harus bisa melakukan pengelolaan kelas yang baik dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaan PBM, seringkali didapatkan siswa yang kerjanya hanya menganggu temannya atau mengerjakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran yang disajikan. Di sinilah perlunya seorang guru memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas. Tegurlah siswa dengan bijak dan sedikit gaya ironi agar siswa tetap merasa nyaman meski mendapat teguran.
5. Volume suara saat menyajikan materi pelajaran
Suara atau vokal angat penting dalam menyajikan materi pelajaran. Proses penyampaian informasi atau materi pembelajaran kepada siswa akan menjadi jelas bila diiringi dengan volume suara yang tinggi dan bervariasi. Dengan volume suara yang tinggi, siswa yang duduk paling belakang pun akan jelas mendengar materi yang disampaikan oleh guru. Bahkan siswa yang akan mengantuk dapat hilang rasa kantuknya jika volume suara gurunya bervariasi.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menjadi guru yang profesional dan spesial itu tidaklah sulit. Dengan kesungguhan dan kemantapan hati, predikat guru profesional dan spesial di mata siswa akan dapat diraih. Sekarang tergantung pada pribadi kita masing-masing, mau atau tidak meraih predikat tersebut.



Sesuai dengan perkembangannya, anak memiliki banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkannya. Namun, sesungguhnya anak-anak itu belum memiliki banyak kemampuan untuk melakukannya. Keterbatasan pemikiran pada anak-anak salah satu penyebab kurangnya kemampuan dalam mewujudkan keinginannya itu. Akibat dari kurangnya kemampuan berpikir, anak-anak menjadi bergerak atau bertindak sesuai nalurinya. Anak-anak kadang menjadi liar karena adanya dorongan nalurinya untuk melihat, meraba, dan merasakan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.
Pada usia 2 – 5 tahun sifat hiperaktif anak terlihat dari perilaku anak yang tidak bisa tinggal diam. Mereka akan terus bergerak dan bergerak melakukan aktivitas yang tidak kunjung selesai. Anak yang hiperaktif akan membuat orang tua atau pengasuhnya menjadi capek karena harus mengikuti kemana anak pergi dan terus mengawasi aktivitas anak. Pengawasan harus melekat pada anak hiperaktif mengingat mereka memiliki pemikiran yang masih terbatas. Dengan demikian, tentu mereka tidak bisa membedakan mana yang berbahaya dan mana yang tidak berbahaya.Mereka baru mengetahui sesuatu itu berbahaya atau tidak setelah mencobanya.
Anak yang hiperaktif harus mendapat pengawasan ekstraketat. Anak yang hiperaktif rawan mengalami hal-hal yang berbahaya jika tidak selalu diawasi atau dipantau setiap kegiatan yang dilakukannya. Semua benda yang ditemui biaanya akan diraba, diangkat, atau digoyang-goyangkan untuk mengetahui jenis benda tersebut. Anak yang hiperaktif memiliki sifat keinginantahuan yang tinggi. Oleh karena itu, anak yang hiperaktif sudah harus diberi pembinaan sejak masih balita atau masa prasekolah.
Pada masa usia prasekolah, anak hiperaktif biasanya tambah mulai menjadi-jadi. Hal ini karena anak sudah mulai lepas dari lingkungan rumah, pelukan dan pengawasan ibu, atau pengawasan pengasuh mereka. Lingkungan pergaulan menjadi lebih luas dan mulai mendapatkan banyak teman. Selanjutnya, tanggung jawab pengawasan pada anak, sudah mulai berpindah kepada guru di sekolah. Oleh karena itu, seorang guru yang mendapatkan anak hiperaktif harus memiliki teknik pengawasan dan pembinaan yang tepat. Ia harus mengetahui cara mengatasi anak yang hiperaktif agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Anak yang hiperaktif jika tidak dibina dengan baik akan menjadi anak yang menghambat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sifat tidak bisa tinggal diam pada anak tersebut akan menjadikan teman-teman lainnya ikut terpancing dan melakukan aktivtas yang sama dengan anak yang hiperaktif tersebut. Hal ini tentu akan menjadikan kelas tambah ramai dan tidak kondusif untuk kegiatan pembelajaran.

B. Mengapa Anak Hiperaktif
Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lain, dan tidak satu pun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar identik. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai aspek dalam diri individu berkembang melalui cara yang bervariasi sehingga menghailkan perubahan karakteristik individual yang bervariasi pula.
Perbedaan perkembangan berbagai karakteristik individual tampak dalam aspek-aspek yang terdapat pada setiap diri individu. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan aspek fisik
Perbedaan aspek fisik tampak pada gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang lekas lelah dalam pekerjaan fisik, tetapi ada juga yang tahan lama.
b. Ada yang dapat bergerak lincah, tetapi ada juga yang lamban.
c. Ada anak yang tidak bisa tinggal diam, ada juga anak yang malas bergerak.
2. Perbedaan aspek emosi
Perbedaan perkembangan karakteistik secara individual pada aspek emosi tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang mudah sekali marah, tetapi ada pula yang penyabar.
b. Ada anak yang perasa, tetapi ada pula yang tidak mudah peduli.
c. Ada anak yang pemalu atau penakut, tetapi ada pula yang pemberani.
d. Ada anak yang tidak suka bergerak aktif, tetapi ada pula yang hiperaktif.
3. Perbedaan aspek nilai, moral, dan sikap
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek nilai, moral, dan sikap tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang bersikap taat pada aturan, tetapi ada pula yang begitu mudah dan seenaknya melanggar aturan.
b. Ada anak yang perilakunya bermoral tinggi, tetapi ada yang perilakunya tidak bermoral dan tidak senonoh.
c. Ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada pula yang perilaku maupun tutur bahasanya seenaknya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa setiap aspek menunjukkan karakteristik individual yang berbeda sehingga individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual itu disebabkan oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing individu atau anak. Perbedaan individu tersebut membawa implikasi imperatif terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik dan bervariasi. Menyamaratakan layanan pendidikan atau bimbingan terhadap individu atau anak yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan kodrat kemanusiaannya sehingga akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Misalnya anak yang mengalami sifat yang suka bergerak, tidak mau tinggal diam, atau disebut anak yang hiperaktif. Anak yang hiperaktif tentu harus mendapatkan layanan yang berbeda dengan anak yang pendiam atau tidak suka banyak gerak.
Tidak semua anak mengalami atau memiliki sifat hiperaktif. Misalnya pada sebuah Taman Kanak-Kanak, dari beberapa anak pada Taman Kanak-Kanak tersebut, kemungkinan hanya ada satu dua orang yang mempunyai sifat hiperaktif. Hal ini berarti bahwa sifat hiperaktif itu bukanlah merupakan sifat yang bersifat umum bagi setiap anak.
Anak adalah makhluk suci dan bersih ketika ia baru lahir. Anak dapat diibaratkan kertas kosong yang putih bersih. Kertas yang putih bersih tersebut akan menjadi beragam warnanya setelah ditulisi oleh berbagai pihak mulai dari orang tua, kakak, keluarga, guru, teman, dan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak balita yang hiperaktif tentu memerlukan penanganan yang lebih serius agar menjadi anak yang baik dan berguna di kemudian hari.
Setiap anak memiliki naluri untuk mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Namun, naluri mencoba tidak sama pada setiap anak. Anak yang hiperaktif memiliki naluri mencoba yang begitu tinggi sehingga ia selalu bergerak dan bergerak untuk sekedar melihat, menyentuh, bahkan merasai setiap benda yang ada di sekitarnya. Pada perkembangannya, anak yang hiperaktif cenderung memilki kreativitas yang tinggi. Ia akan mulai melihat dan mencoba merasai segala benda yang dilihatnya sehingga timbul kreativitasnya untuk mengubah atau merenovasi benda yang didapatinya. Hal ini terlihat misalnya pada anak yang memilki mainan mobil-mobilan, meskipun mainan tersebut baru dibelikan oleh ayah atau ibunya, namun selalu diotak-atik bahkan dibongkar untuk melihat bagaimana membuatnya atau apa isinya. Kreativitas seperti ini sering terjadi pada anak yang tergolong hiperaktif.
Menurut Piers (dalam Adams: 1976) bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan.
6. Memiliki kemandirian yang tinggi.
7. Bebas dalam mengambil keputusan.
8. Penuh percaya diri.
9. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks.
10. Bersifat sensitif.
Dengan memperhatikan karakterisitk kreativitas di atas, dapat dipahami bagaimana pentingnya mengatasi dan mengarahkan anak yang hiperaktif agar dapat tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas, terampil, dan bertangghung jawab. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Mengatasi Anak Hiperaktif
Pada dasarnya, anak yang hiperaktif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi anak menjadi cenderung ingin bergerak dan bertindak untuk mencoba segala sesuatu yang dilihatnya. Selain itu, anak yang hiperaktif juga memiliki tenaga ekstra yang super kuat sehingga menjadikannya selalu ingin bergerak dan beraktivitas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka yang teramat penting dalam mengatasi anak hiperaktif adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi serta kelebihan tenaga yang terdapat pada diri anak, dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.
Untuk mengatasi anak hiperaktif, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bimbingan terarah
Anak hipraktif memiliki sifat yang tidak bisa tinggal diam. Ia selalu bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Melihat aktivitas anak seperti itu, maka perlu diberikan bimbingan yang terarah. Maksud dari bimbingan terarah yaitu memberikan bimbingan kepada anak secara terfokus dan mengarah kepada satu kegiatan. Misalnya anak selalu memanjat meja atau pagar pembatas kelas, maka ibu guru dapat mengarahkan anak untuk memanjat pada tiang-tiang besi yang sudah dirangkai menjadi bundaran yang khusus disediakan bagi anak yang senang dengan aktivitas menantang. Kehadiran guru di dekat anak akan menjadikan ia dapat menggunakan tenaganya dengan baik dan terhindar dari risiko yang membahayakan.
2. Memberikan kesibukan
Memberikan kesibukan merupakan salah satu cara yang baik dan efektif dalam mengatasi anak hiperaktif. Kesibukan yang diberikan dapat bermacam-macam sesuai dengan karakteristik anak. Jika si anak senangnya mencoret-coret tembok atau dinding sekolah, maka kepada si anak hendaknya diberi kesibukan untuk menggambar, melukis atau mewarnai gambar bentuk yang disediakan.
Dalam memberi kesibukan seperti itu, guru harus sering-sering berada di dekat anak atau mengawasi pekerjaan anak. Melalui perhatian guru kepada si anak, maka anak akan merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan adanya kesibukan pada diri anak untuk menyelesaikan tugasnya, maka naluri keaktifan si anak akan sedikit berkurang karena tertutupi oleh perasaan ingin menyelesaikan tugasnya secepatnya.
3. Menyediakan permainan yang menantang
Anak-anak yang hiperaktif cenderung senang pada sesuatu yang menantang. Oleh karena itu, anak yang hiperaktif sebaiknya disediakan permainan yang menantang. Permaianan yang menantang misalnya lomba lari kelereng, lomba memasukkan bola ke dalam keranjang, lomba mengambil bendera di puncak tangga, dan permainan lainnya yang membutuhkan kekuatan fisik dan keterampilan tinggi.
Permainan yang menantang akan menjadikan tenaga anak tersalurkan sehingga tenaga yang berlebih pada diri anak tersebut akan tersalurkan ke hal-hal yang positif. Hal ini akan menjadikan anak hiperaktif memiliki fokus kegiatan yang terarah dan terkoordinir.
4. Melibatkan dalam kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan kegatan kerja sama antaranak dalam satu kelas. Dengan melibatkan anak hiperaktif dalam kegiatan kelompok, maka ia akan memiliki kebiasaan atau tanggung jawab untuk bekrja sama dengan temannya. Dalam kegiatan kelompok itu, hendaknya diberikan tugas yang menarik dan menantang bagi anak sehingga mereka akan memiliki semangat untuk menyelesaikannya. Selain itu, kepada setiap pemenang atau kelompok terbaik diberikan reward atau penghargaan agar anak dapat bersungguh-sungguh bekerja dalam kelompoknya masing-masing.
Pemberian tugas kelompok sebaiknya dilakukan dengan melihat tingkat kesukaran pekerjaan yang harus diselesaikan oleh anak. Di samping itu, setiap kelompok hendaknya memiliki anggota yang heterogen baik dari jenis kelamin, sifat, kecerdasan, maupun agama. Anak yang hiperaktif sebaiknya dilibatkan sebagai pemimpin kelompok supaya dapat lebih aktif mengkoordinir anggota kelompoknya.
5. Memberi tugas dan tanggung jawab
Anak yang hiperaktif suka beraktivitas. Oleh karena itu, sebaiknya anak hiperaktif diberi kesempatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab di kelasnya. Pemberian tugas seperti ketua kelas, pemandu pada kegiatan senam, pemimpin barisan, dan tugas-tugas lainnya akan menyalurkan tenaga dan pikiran anak sehingga ia memiliki fokus pemikiran yang akan dilaksanakan. Selain itu, anak juga dilatih memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya. Pemberian tugas dan tanggung jawab akan menjadikan anak terfokus pada satu kegiatan yang positif.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa anak hiperaktif adalah anak yang memiliki sifat untuk selalu inging beraktivitas. Anak tidak bisa tinggal diam dan selalu aktif bergerak.
Anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Pada perkembangannya, anak yang hiperaktif cenderung memilki kreativitas yang tinggi. Ia akan mulai melihat dan mencoba merasai segala benda yang dilihatnya sehingga timbul kreativitasnya untuk mengubah atau merenovasi benda yang didapatinya. Untuk mengatasi anak hiperaktif, dapat dilakukan hal-hal berikut ini:
1. Memberikan bimbingan secara terarah.
2. Memberikan kesibukan.
3. Memberikan atau menyediakan permainan yang menantang.
4. Melibatkan dalam tugas/kegiatan kelompok.
5. Memberi tugas dan tanggung jawab.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka yang teramat penting dalam mengatasi anak hiperaktif adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi serta kelebihan tenaga yang terdapat pada diri anak, dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.

B. Saran
Anak hiperaktif memiliki banyak tenaga dan keinginantahuan sehingga ia tidak akan tinggal diam dan berlama-lama di satu tempat. Bagi guru TK yang mendapatkan anak didik yang hiperaktif, hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan bimbingan dan arahan, serta melibatkan dalam kegiatan yang menarik dan menantang. Oleh karena itu, disarankan kepada para guru TK yang kebetulan memiliki anak didik yang hiperaktif agar senantiasa memberikan bimbingan dan arahan secara berkesinambungan. Janganlah pernah jenuh menghadapi anak hiperaktif. Berikanlah perhatian lebih kepada anak tersebut agar mereka dapat memanfaatkan tenaga dan keaktifannya ke arah yang lebih baik dan positif.



DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia.
Istadi, Irawati 2005. Istimewakan Setiap Anak. Jakarta: Pustaka Inti.
Istadi, Irawati.2006. Mendidik dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti.

Musbikin, I. 2005. Mendidik Anak Nakal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nilandari, Ary (ed). 2002. Kiat-Kiat Meredakan Badai Kerewelan Balita Anda. Bandung: Kaifa.










CARA MENGATASI ANAK HIPERAKTIF


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sekitar abad kedua puluhan, sejumlah orang tertarik mempelajari rahasia di balik tumbuh kembangnya manusia. Berbagai upaya dilakukan termasuk mengembangkan metode pengumpulan data dalam rangka mendapatkan gambaran yang utuh tentang perkembangan manusia. Salah satu dari perkembangan manusia tersebut adalah perkembangan anak dari sejak lahir hingga dewasa.
Pada abad petengahan, muncul anggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk mini sehingga perlakuan yang diberikan oleh lingkungan sama dengan perlakuan terhadap orang dewasa. Pada tahun-tahun setelah itu, berkembang ide bahwa masa anak merupakan periode perkembangan yang khusus karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan, serta kondisi fisik yang khas dan berbeda dengan orang dewasa.
Beberapa pendapat mengenai masa anak seperti John Locke (1980: 3) yang menyatakan bahwa ketika bayi dilahirkan, kondisinya tabularasa atau eperti kertas kosong yang bersih. Pikiran anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dari proses belajar yang diperoleh melalui indera membentuk manusia menjadi individu yang unik. Pendapat lain tentang masa anak dikemukakan oleh Rousseau (2008: 4) yang menyatakan bahwa bayi sudah dibekali oleh rasa keadilan dan moralitas, serta perasaan dan pikiran sejak lahir. Artinya ketika bayi dilahirkan, dia sudah memiliki kapasitas dan modal yang akan terus berkembang secara alami tahap demi tahap. Tugas orang tua adalah memberikan kesempatan agar bakat atau bawaan tersebut dapat berkembang dan memandu pertumbuhan anak.
Anak adalah anugerah Yang Maha Kuasa Anak yang dititipkan kepada setiap orang tua atau ayah dan ibu. Anak yang baru lahir merupakan makhluk yang suci dan belum tahu apa-apa. Jika kelak anak itu tumbuh menjadi manusia yang berperilaku baik atau jahat, maka sepenuhnya bukanlah kesalahan dari anak itu tetapi karena adanya beberapa faktor penyebab seperti keluarga, lingkungan, dan sifat pembawaan. Orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan si anak merupakan orang yang paling banyak memberi pengaruh kepada anaknya. Melalui orang tualah (ibu) anak mendapat pendidikan pertama. Ibu yang berhasil mendidik anaknya dengan baik tentu akan menjadikan anaknya tumbuh menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, orang tua atau ibu yang gagal mendidik anaknya akan menjadikan anak tumbuh menjadi orang yang terkadang meresahkan masyarakat.
Pada usia balita, anak cenderung sudah memperlihatkan hasil didikan orang tuanya. Pada sebuah Taman Kanak-Kanak misalnya, sering terlihat anak yang manis, sabar, cerdas dan pintar, serta suka berteman dan menolong. Namun, terkadang terdapat juga anak yang suka bergerak, tidak bisa tinggal diam alias hiperaktif. Anak yang demikian tentu menjadi sebuah masalah bagi seorang guru seperti Taman Kanak-Kanak. Bagaimana mengatasi anak hiperaktif seperti itu? Untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan tersebut maka dalam makalah ini diangkat judul ”Cara Mengatasi Anak Hiperaktif”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas tentang anak yang hiperaktif, dirumuskan masalah penulisan ini sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif?
2. Bagaimanakah mengatasi anak yang hiperaktif?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas dapat dikemukakan tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab anak menjadi hiperaktif?
2. Untuk mengetahui cara mengatasi anak hiperaktif?

D. Manfat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam pembinaan anak prasekolah yang mengalami masalah seperti anak yang hiperaktif. Adapun manfaat yang dimaksud dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang penyebab seorang anak menjadi hiperaktif.
2. Sebagai masukan kepada para tenaga pendidik atau para guru tentang cara menangani anak yang hiperaktif.
3. Memperluas wawasan keilmuan tentang perkembangan anak dan cara membimbing anak menjadi manusia yang cerdas dan mandiri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anak yang Hiperaktif
Hiperaktif adalah sifat yang amat aktif (KBBI, 1995: 353). Sifat aktif pada diri anak berarti setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan seorang anak yang didorong oleh adanya minat atau keinginan dari dalam diri anak untuk berbuat atau bertindak sesuai keinginannya.
Sesuai dengan perkembangannya, anak memiliki banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkannya. Namun, sesungguhnya anak-anak itu belum memiliki banyak kemampuan untuk melakukannya. Keterbatasan pemikiran pada anak-anak salah satu penyebab kurangnya kemampuan dalam mewujudkan keinginannya itu. Akibat dari kurangnya kemampuan berpikir, anak-anak menjadi bergerak atau bertindak sesuai nalurinya. Anak-anak kadang menjadi liar karena adanya dorongan nalurinya untuk melihat, meraba, dan merasakan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.
Pada usia 2 – 5 tahun sifat hiperaktif anak terlihat dari perilaku anak yang tidak bisa tinggal diam. Mereka akan terus bergerak dan bergerak melakukan aktivitas yang tidak kunjung selesai. Anak yang hiperaktif akan membuat orang tua atau pengasuhnya menjadi capek karena harus mengikuti kemana anak pergi dan terus mengawasi aktivitas anak. Pengawasan harus melekat pada anak hiperaktif mengingat mereka memiliki pemikiran yang masih terbatas. Dengan demikian, tentu mereka tidak bisa membedakan mana yang berbahaya dan mana yang tidak berbahaya.Mereka baru mengetahui sesuatu itu berbahaya atau tidak setelah mencobanya.
Anak yang hiperaktif harus mendapat pengawasan ekstraketat. Anak yang hiperaktif rawan mengalami hal-hal yang berbahaya jika tidak selalu diawasi atau dipantau setiap kegiatan yang dilakukannya. Semua benda yang ditemui biaanya akan diraba, diangkat, atau digoyang-goyangkan untuk mengetahui jenis benda tersebut. Anak yang hiperaktif memiliki sifat keinginantahuan yang tinggi. Oleh karena itu, anak yang hiperaktif sudah harus diberi pembinaan sejak masih balita atau masa prasekolah.
Pada masa usia prasekolah, anak hiperaktif biasanya tambah mulai menjadi-jadi. Hal ini karena anak sudah mulai lepas dari lingkungan rumah, pelukan dan pengawasan ibu, atau pengawasan pengasuh mereka. Lingkungan pergaulan menjadi lebih luas dan mulai mendapatkan banyak teman. Selanjutnya, tanggung jawab pengawasan pada anak, sudah mulai berpindah kepada guru di sekolah. Oleh karena itu, seorang guru yang mendapatkan anak hiperaktif harus memiliki teknik pengawasan dan pembinaan yang tepat. Ia harus mengetahui cara mengatasi anak yang hiperaktif agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Anak yang hiperaktif jika tidak dibina dengan baik akan menjadi anak yang menghambat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sifat tidak bisa tinggal diam pada anak tersebut akan menjadikan teman-teman lainnya ikut terpancing dan melakukan aktivtas yang sama dengan anak yang hiperaktif tersebut. Hal ini tentu akan menjadikan kelas tambah ramai dan tidak kondusif untuk kegiatan pembelajaran.

B. Mengapa Anak Hiperaktif
Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lain, dan tidak satu pun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar identik. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai aspek dalam diri individu berkembang melalui cara yang bervariasi sehingga menghailkan perubahan karakteristik individual yang bervariasi pula.
Perbedaan perkembangan berbagai karakteristik individual tampak dalam aspek-aspek yang terdapat pada setiap diri individu. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan aspek fisik
Perbedaan aspek fisik tampak pada gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang lekas lelah dalam pekerjaan fisik, tetapi ada juga yang tahan lama.
b. Ada yang dapat bergerak lincah, tetapi ada juga yang lamban.
c. Ada anak yang tidak bisa tinggal diam, ada juga anak yang malas bergerak.
2. Perbedaan aspek emosi
Perbedaan perkembangan karakteistik secara individual pada aspek emosi tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang mudah sekali marah, tetapi ada pula yang penyabar.
b. Ada anak yang perasa, tetapi ada pula yang tidak mudah peduli.
c. Ada anak yang pemalu atau penakut, tetapi ada pula yang pemberani.
d. Ada anak yang tidak suka bergerak aktif, tetapi ada pula yang hiperaktif.
3. Perbedaan aspek nilai, moral, dan sikap
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek nilai, moral, dan sikap tampak dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Ada anak yang bersikap taat pada aturan, tetapi ada pula yang begitu mudah dan seenaknya melanggar aturan.
b. Ada anak yang perilakunya bermoral tinggi, tetapi ada yang perilakunya tidak bermoral dan tidak senonoh.
c. Ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada pula yang perilaku maupun tutur bahasanya seenaknya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa setiap aspek menunjukkan karakteristik individual yang berbeda sehingga individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual itu disebabkan oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing individu atau anak. Perbedaan individu tersebut membawa implikasi imperatif terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik dan bervariasi. Menyamaratakan layanan pendidikan atau bimbingan terhadap individu atau anak yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan kodrat kemanusiaannya sehingga akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Misalnya anak yang mengalami sifat yang suka bergerak, tidak mau tinggal diam, atau disebut anak yang hiperaktif. Anak yang hiperaktif tentu harus mendapatkan layanan yang berbeda dengan anak yang pendiam atau tidak suka banyak gerak.
Tidak semua anak mengalami atau memiliki sifat hiperaktif. Misalnya pada sebuah Taman Kanak-Kanak, dari beberapa anak pada Taman Kanak-Kanak tersebut, kemungkinan hanya ada satu dua orang yang mempunyai sifat hiperaktif. Hal ini berarti bahwa sifat hiperaktif itu bukanlah merupakan sifat yang bersifat umum bagi setiap anak.
Anak adalah makhluk suci dan bersih ketika ia baru lahir. Anak dapat diibaratkan kertas kosong yang putih bersih. Kertas yang putih bersih tersebut akan menjadi beragam warnanya setelah ditulisi oleh berbagai pihak mulai dari orang tua, kakak, keluarga, guru, teman, dan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak balita yang hiperaktif tentu memerlukan penanganan yang lebih serius agar menjadi anak yang baik dan berguna di kemudian hari.
Setiap anak memiliki naluri untuk mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Namun, naluri mencoba tidak sama pada setiap anak. Anak yang hiperaktif memiliki naluri mencoba yang begitu tinggi sehingga ia selalu bergerak dan bergerak untuk sekedar melihat, menyentuh, bahkan merasai setiap benda yang ada di sekitarnya. Pada perkembangannya, anak yang hiperaktif cenderung memilki kreativitas yang tinggi. Ia akan mulai melihat dan mencoba merasai segala benda yang dilihatnya sehingga timbul kreativitasnya untuk mengubah atau merenovasi benda yang didapatinya. Hal ini terlihat misalnya pada anak yang memilki mainan mobil-mobilan, meskipun mainan tersebut baru dibelikan oleh ayah atau ibunya, namun selalu diotak-atik bahkan dibongkar untuk melihat bagaimana membuatnya atau apa isinya. Kreativitas seperti ini sering terjadi pada anak yang tergolong hiperaktif.
Menurut Piers (dalam Adams: 1976) bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan.
6. Memiliki kemandirian yang tinggi.
7. Bebas dalam mengambil keputusan.
8. Penuh percaya diri.
9. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks.
10. Bersifat sensitif.
Dengan memperhatikan karakterisitk kreativitas di atas, dapat dipahami bagaimana pentingnya mengatasi dan mengarahkan anak yang hiperaktif agar dapat tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas, terampil, dan bertangghung jawab. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Mengatasi Anak Hiperaktif
Pada dasarnya, anak yang hiperaktif memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi anak menjadi cenderung ingin bergerak dan bertindak untuk mencoba segala sesuatu yang dilihatnya. Selain itu, anak yang hiperaktif juga memiliki tenaga ekstra yang super kuat sehingga menjadikannya selalu ingin bergerak dan beraktivitas.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka yang teramat penting dalam mengatasi anak hiperaktif adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi serta kelebihan tenaga yang terdapat pada diri anak, dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.
Untuk mengatasi anak hiperaktif, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bimbingan terarah
Anak hipraktif memiliki sifat yang tidak bisa tinggal diam. Ia selalu bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Melihat aktivitas anak seperti itu, maka perlu diberikan bimbingan yang terarah. Maksud dari bimbingan terarah yaitu memberikan bimbingan kepada anak secara terfokus dan mengarah kepada satu kegiatan. Misalnya anak selalu memanjat meja atau pagar pembatas kelas, maka ibu guru dapat mengarahkan anak untuk memanjat pada tiang-tiang besi yang sudah dirangkai menjadi bundaran yang khusus disediakan bagi anak yang senang dengan aktivitas menantang. Kehadiran guru di dekat anak akan menjadikan ia dapat menggunakan tenaganya dengan baik dan terhindar dari risiko yang membahayakan.
2. Memberikan kesibukan
Memberikan kesibukan merupakan salah satu cara yang baik dan efektif dalam mengatasi anak hiperaktif. Kesibukan yang diberikan dapat bermacam-macam sesuai dengan karakteristik anak. Jika si anak senangnya mencoret-coret tembok atau dinding sekolah, maka kepada si anak hendaknya diberi kesibukan untuk menggambar, melukis atau mewarnai gambar bentuk yang disediakan.
Dalam memberi kesibukan seperti itu, guru harus sering-sering berada di dekat anak atau mengawasi pekerjaan anak. Melalui perhatian guru kepada si anak, maka anak akan merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan adanya kesibukan pada diri anak untuk menyelesaikan tugasnya, maka naluri keaktifan si anak akan sedikit berkurang karena tertutupi oleh perasaan ingin menyelesaikan tugasnya secepatnya.
3. Menyediakan permainan yang menantang
Anak-anak yang hiperaktif cenderung senang pada sesuatu yang menantang. Oleh karena itu, anak yang hiperaktif sebaiknya disediakan permainan yang menantang. Permaianan yang menantang misalnya lomba lari kelereng, lomba memasukkan bola ke dalam keranjang, lomba mengambil bendera di puncak tangga, dan permainan lainnya yang membutuhkan kekuatan fisik dan keterampilan tinggi.
Permainan yang menantang akan menjadikan tenaga anak tersalurkan sehingga tenaga yang berlebih pada diri anak tersebut akan tersalurkan ke hal-hal yang positif. Hal ini akan menjadikan anak hiperaktif memiliki fokus kegiatan yang terarah dan terkoordinir.
4. Melibatkan dalam kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan kegatan kerja sama antaranak dalam satu kelas. Dengan melibatkan anak hiperaktif dalam kegiatan kelompok, maka ia akan memiliki kebiasaan atau tanggung jawab untuk bekrja sama dengan temannya. Dalam kegiatan kelompok itu, hendaknya diberikan tugas yang menarik dan menantang bagi anak sehingga mereka akan memiliki semangat untuk menyelesaikannya. Selain itu, kepada setiap pemenang atau kelompok terbaik diberikan reward atau penghargaan agar anak dapat bersungguh-sungguh bekerja dalam kelompoknya masing-masing.
Pemberian tugas kelompok sebaiknya dilakukan dengan melihat tingkat kesukaran pekerjaan yang harus diselesaikan oleh anak. Di samping itu, setiap kelompok hendaknya memiliki anggota yang heterogen baik dari jenis kelamin, sifat, kecerdasan, maupun agama. Anak yang hiperaktif sebaiknya dilibatkan sebagai pemimpin kelompok supaya dapat lebih aktif mengkoordinir anggota kelompoknya.
5. Memberi tugas dan tanggung jawab
Anak yang hiperaktif suka beraktivitas. Oleh karena itu, sebaiknya anak hiperaktif diberi kesempatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab di kelasnya. Pemberian tugas seperti ketua kelas, pemandu pada kegiatan senam, pemimpin barisan, dan tugas-tugas lainnya akan menyalurkan tenaga dan pikiran anak sehingga ia memiliki fokus pemikiran yang akan dilaksanakan. Selain itu, anak juga dilatih memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya. Pemberian tugas dan tanggung jawab akan menjadikan anak terfokus pada satu kegiatan yang positif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa anak hiperaktif adalah anak yang memiliki sifat untuk selalu inging beraktivitas. Anak tidak bisa tinggal diam dan selalu aktif bergerak.
Anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Pada perkembangannya, anak yang hiperaktif cenderung memilki kreativitas yang tinggi. Ia akan mulai melihat dan mencoba merasai segala benda yang dilihatnya sehingga timbul kreativitasnya untuk mengubah atau merenovasi benda yang didapatinya. Untuk mengatasi anak hiperaktif, dapat dilakukan hal-hal berikut ini:
1. Memberikan bimbingan secara terarah.
2. Memberikan kesibukan.
3. Memberikan atau menyediakan permainan yang menantang.
4. Melibatkan dalam tugas/kegiatan kelompok.
5. Memberi tugas dan tanggung jawab.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka yang teramat penting dalam mengatasi anak hiperaktif adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi serta kelebihan tenaga yang terdapat pada diri anak, dapat terarah pada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.

B. Saran
Anak hiperaktif memiliki banyak tenaga dan keinginantahuan sehingga ia tidak akan tinggal diam dan berlama-lama di satu tempat. Bagi guru TK yang mendapatkan anak didik yang hiperaktif, hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan bimbingan dan arahan, serta melibatkan dalam kegiatan yang menarik dan menantang. Oleh karena itu, disarankan kepada para guru TK yang kebetulan memiliki anak didik yang hiperaktif agar senantiasa memberikan bimbingan dan arahan secara berkesinambungan. Janganlah pernah jenuh menghadapi anak hiperaktif. Berikanlah perhatian lebih kepada anak tersebut agar mereka dapat memanfaatkan tenaga dan keaktifannya ke arah yang lebih baik dan positif.












DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Gramedia.
Irawati, Istadi. 2005. Istimewakan Setiap Anak. Jakarta: Pustaka Inti.
Istadi, Irawati.2006. Mendidik dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti.

Musbikin, I. 2005. Mendidik Anak Nakal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nilandari, Ary (ed). 2002. Kiat-Kiat Meredakan Badai Kerewelan Balita Anda. Bandung: Kaifa.